Kalau ada penghargaan untuk salah satu bentuk promosi yang paling minim mikir, maka promosi bernama : diskon, akan menjadi kandidat kuat yang menang dengan mudah. Diskon adalah bentuk promosi paling dasar, untuk mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan maupun calon konsumen baru, dengan konsep less-for-more.
Bayar lebih sedikit, agar dapat lebih banyak. Promosi cara diskon adalah salah satu cara mempengaruhi cara pikir konsumen agar mereka “merasa-menang”, sehingga tidak perlu pikir panjang untuk membeli dan bertransaksi, dan kalau bisa, dilaksanakan segera.
Tentu saja, konsumen yang segera memutuskan, lekas beli, dan sepakat dengan transaksi, akan lebih menguntungkan bagi Kita yang berjualan. Omzet segera masuk, uang segera mengalir, semangat dan energi jadi bertambah dan melimpah, karena apa yang Kita tawarkan, disambar dan jadi penjualan.
Satu hal yang perlu dipahami risikonya adalah, jika Kita menerapkan promosi dengan metode diskon, apakah ruang keuntungan yang Kita miliki, masih ada dan sisa?
Karena gampang saja diskan diskon, potang potong, kurang kurangin harga, tapi kalau gak jadi untung, malah buntung, ya makin repot.
Prakteknya sederhana, misal jualan makanan harga Rp 25.000, kemudian memberikan diskon 20% atau potongan langsung sebesar Rp 5.000, tentu akan menjadi magnet dan greget bagi pelanggan atau calon pembeli untuk segera beli makanan yang Kita jual. Ibaratnya ada barang yang harga normalnya Rp 25.000, eh ini dapat keringanan, potongan Rp 5.000, jadi cuma perlu bayar Rp 20.000, ya bablas langsung di gass, apalagi ada batasan periode waktu berlaku, misalnya dari tanggal berapa sampai berapa, di rentang waktu tertentu.
Kenapa promosi diskon ini, Saya sebut promosi malas mikir? Karena pada dasarnya, pilihan tindakan yang dilakukan adalah : secara langsung mengurangi ruang keuntungan, yang harusnya Kita peroleh, justru dikembalikan atau dijadikan insentif untuk konsumen.
Sungguh mulia dan baik hati sekali ya? Asal jangan kebablasan saja, yaitu tetap dihitung, dikalkulasi, dan dipastikan, memang ruang keuntungannya masih ada. Jangan justru jadi filosofi lilin, demi menerangi sekitar, dia rela meleleh dan habis terbakar, so sad kan?
Biasanya kalau ada diskon yang gak wajar atau terlalu brutal, justru konsumen yang akan memunculkan tanya dalam pikirannya.
“Apa gak rugi ya penjualnya?”
“Apa gak tekor ya pedagangnya?”
Sampek konsumennya kadang gak tega saat membayarnya.
Tentu hal ini tidak berlaku, jika promosi diskonnya yang sifatnya gimmick atau sensasi, misalnya, makan cukup bayar Rp 1, atau makan cuma bayar seribu, yang secara prinsip, itu bukan diskon, karena misalnya hanya berlaku untuk 10 orang tercepat, maka jatuhnya adalah giveaway atau free sample saja.
Promosi diskon perlu untuk dikalkulasi secara cermat dan tepat, logikanya kalau Kita masuk ke kolam renang, jika air masih setinggi perut, Kita masih bisa bikin diskon, sampai air setingi dada, atau kalau terpaksa, sampai air meluber sampai leher, asal masih ada ruang bernafas, masih aman di gass.
Makanya, cara menghitung HPP dan cara menentukan harga jual, jadi pondasi fundamental, karena kalau setting HPP nya udah setinggi dada, lalu setting harga jualnya sudah sebatas leher, mau kasih diskon, jatuhnya malah kelelep glagep glagep, masa jualan makin banyak laku, makin banyak tekornya? Lha mending tidur.
Kenapa ini penting? Karena promo diskon, melekat di setiap transaksi, dikalikan dengan jumlah transaksi yang terjadi. Saat benar hitungannya, aman perjalanannya, tapi saat salah kalkulasi, nyerinya bisa berhari-hari.
Perlu menjadi perhatian juga, promosi diskon ini ditujukan untuk siapa? Apakah untuk ditujukan pada pelanggan yang sudah beli, agar beli lagi dan menjadi repeat order?
Apakah untuk ditujukan pada prospek calon pembeli baru, agar segera mulai berani beli ke Kita dan terjadi akuisisi konsumen baru?
Karena kalau jeli dan cermat, sama-sama bikin promosi diskon, ternyata kalau diberlakukan untuk pelanggan agar repeat, atau dilakukan pada prospek calon konsumen baru, ternyata beda hitungan kalkulasi biayanya.
Promosi diskon untuk pelanggan repeat, ternyata lebih hemat daripada diskon yang ditujukan untuk calon konsumen baru.
Ada yang tahu kenapa dan bagaimana penjelasannya?