Pada 3 Agustus 2025, Keluarga Besar Ikatan persaudaraan disabilitas IPD-Pidie melakukan refreshing ke Pantai. IPDP adalah suatu wadah pemersatu disabilitas di Pidie, beranggota beragam-ragam disabilitas, di antaranya disabilitas fisik, netra, dan lain sebagainya. Walaupun kami memiliki keterbatasan, namun saling melengkapi; ketika disabilitas fisik tidak bisa melakukan apa pun, disabilitas netra dapat membantu mengarahkan, sehingga menghilangkan hambatan yang kami alami.
Sebelum keberangkatan ke tempat refreshing kami kumpul di sekretariat, sedangkan perjalanan menuju pantai berkisar 2 km dengan menggunakan becak bermotor, pengemudinya disabilitas fisik sedangkan disabilitas netra sebagai penumpang. Setibanya di tepi pantai kami melakukan kegiatan sambil refreshing.
Pagi yang ceria disinari matahari yang cerah kami duduk dan santai sambil menikmati keindahan alam bersama pengurus-anggota, disertai beberapa pengasuh dari ibunda anak-anak disabilitas yang usianya masih di bawah umur. Kami duduk kumpul di selimuti penuh canda ria sambil memegang selebaran kertas untuk mengisi beberapa soal tentang isu pemenuhan hak-hak masyarakat disabilitas, saking semangatnya terik matahari tidak terasa lembaran kertas di tangan pun selesai pengisian. Kemudian sambil menikmati secangkir minuman dingin, disertai sebungkus mie goreng, dan diiringi dengan rasa ceria penuh tawa, kami saling melemparkan pertanyaan demi pertanyaan tentang isu pemenuhan hak-hak masyarakat disabilitas.
Selanjutnya pukul 12.30 WIB, kami ada yang makan siang dan ada pula yang melakukan kewajibannya salat zuhur, setelah makan siang dan salat, kami mengajak teman-teman untuk mandi di laut, sedangkan disabilitas fisik tidak bisa mengakses secara mandiri dan dibantu temannya yang disabilitas netra, dengan suara deras deburan ombak dan indahnya suasana laut yang disabilitas netra ikut merasakan juga bahagia begitu pula dengan disabilitas lainnya. Kami memiliki keterbatasan berbeda tetapi ketika saling bersama dan bisa melengkapi.
Setelah satu jam lebih merendamkan diri di air laut perut pun mulai terasa lapar, kami ada yang ngerujak dan ada juga yang makan semangka, tidak terasa waktu menuju 15.30 WIB akhirnya kami siap-siap untuk pulang. Di akhir cerita keterbatasan seseorang bukanlah hambatan untuk beraktivitas. Setiap ada kemauan pasti ada jalan. Ketika bersama saling melengkapi, bisa menghapus stigma yang ada.
Salam inklusif