Masa remaja sering disebut sebagai masa pencarian jati diri. Fase seseorang berusaha memahami siapa dirinya, apa makna eksistensi, dan bagaimana menghadapi dunia di sekitarnya agar tetap ‘menjadi’. Fase remaja ialah penentu arah langkah menjadi manusia dengan versi apa nantinya seseorang. Masa-masa ini krusial dan karenanya acap diliputi ‘tuntutan-tuntutan’. Tidak sedikit remaja yang terjebak dalam kebingungan, tekanan, bahkan masalah yang berujung pada kenakalan remaja dan sebagiannya menimbulkan rasa tidak layak. Dalam situasi seperti inilah buku If You Feel Not Okay, It’s Okay hadir sebagai teman yang menenangkan.
Buku ini membahas persoalan nyata remaja. Misalnya, soal toxic parent. Penulis menggambarkan kondisi ketika orang tua menuntut anak untuk selalu sempurna harus dapat nilai bagus, harus nurut, tidak boleh salah. Pola asuh seperti ini justru membuat anak merasa tertekan, bahkan bisa memicu stres, kecemasan, hingga depresi. Toxic parent biasanya ditandai dengan sikap otoriter, sering membentak, dan enggan mendengarkan pendapat anak. Tidak berhenti sampai di situ, penulis juga memberi beberapa cara menghadapi situasi ini.
Bab lain yang tak kalah menarik berjudul “Kenapa Harus Aku?”. Di bagian ini, penulis membicarakan soal kegagalan, trauma, dan luka batin yang sering kali membuat remaja merasa hancur. Ada kalanya kita menyalahkan keadaan atau orang lain, padahal sesungguhnya musuh terbesar justru ada dalam diri kita sendiri: pikiran negatif yang tak terkendali. Dengan gaya yang lembut, penulis mengingatkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses, bukan akhir segalanya. Selain itu, buku ini juga menyinggung isu yang dekat dengan kehidupan remaja masa kini, seperti tekanan eksistensi di media sosial, pergaulan yang tidak sehat, hingga cara memahami diri sendiri agar tidak larut dalam rasa minder atau perasaan “tidak cukup baik.”
Ditulis dengan bahasa yang santai, ringan, dan mudah dipahami, buku ini terasa seperti mendengar suara sahabat yang penuh pengertian. Bukan gaya menggurui, melainkan mendampingi. Sejak awal, penulis sudah menegaskan satu pesan penting: “Tidak apa-apa kalau kamu merasa tidak baik-baik saja.” Pesan sederhana ini sesuai sekali di tengah kehidupan remaja masa kini yang penuh tekanan, baik dari keluarga, lingkungan pertemanan, maupun media sosial. Penulis tidak hanya membicarakan masalah, tetapi juga memberikan sudut pandang positif dan langkah praktis yang bisa dicoba. Misalnya, bagaimana menghadapi komentar negatif, bagaimana berdamai dengan kegagalan, dan bagaimana belajar mencintai diri sendiri.
Secara keseluruhan, If You Feel Not Okay, It’s Okay adalah bacaan yang sangat direkomendasikan untuk remaja yang sedang mencari pegangan di tengah masa transisi hidupnya. Namun, buku ini juga layak dibaca oleh orang tua agar lebih memahami dunia anak-anak mereka. Dengan membaca buku ini, pembaca akan diajak untuk lebih menerima diri, menyadari bahwa setiap orang memiliki perjuangannya masing-masing, dan yang terpenting: tidak apa-apa jika kita merasa tidak baik-baik saja.
Buku If You Feel Not Okay, It’s Okay hadir bukan sekadar buku motivasi, tetapi lebih seperti sahabat yang menemani perjalanan kita. Membacanya membuat kita sadar bahwa di balik setiap kegelisahan selalu ada harapan, dan bahwa mencintai diri sendiri adalah langkah pertama untuk menemukan ketenangan.
Judul Buku : If You Feel Not Okay, It’s Okay”
Penulis : Eka Purnama Mustikaningtyas
Halaman : 92 halaman
Resensator : Monika Ruth