Belakangan ini ramai diperbincangkan mengenai gaji anggota DPR yang disebut-sebut mencapai tiga juta rupiah per hari, ditambah dengan berbagai tunjangan lainnya. Angka tersebut tentu bukanlah jumlah kecil, bahkan terkesan sangat berlebihan bila dibandingkan dengan kondisi sebagian besar rakyat Indonesia. Pertanyaannya apakah realitas di negeri ini sudah seimbang sehingga para wakil rakyat layak menerima penghasilan sebesar itu?

Kenyataannya, Indonesia masih bergulat dengan berbagai persoalan mendasar. Angka kemiskinan masih tinggi, pengangguran tersebar di banyak daerah, dan jurang antara mata pencaharian dengan biaya hidup kian melebar. Banyak pekerja harus mengorbankan hampir seluruh waktunya untuk bekerja, namun penghasilannya bahkan tidak sampai satu juta rupiah per bulan. Ironisnya, di sisi lain, para anggota DPR bisa mendapatkan tiga juta rupiah per hari untuk kebutuhan pribadi yang seringkali tanpa kontribusi nyata yang dirasakan langsung oleh rakyat.

Hal ini sering kali dibandingkan dengan gaji guru di negeri ini. Padahal, peran guru, (sebagaimana halnya dokter dan insinyur) sangatlah penting dalam membangun kemajuan bangsa. Guru adalah tenaga pendidik yang menghabiskan hampir setengah hari mereka untuk mengajar, membimbing, dan menemani muridnya bertumbuh. Mereka telah mendedikasikan diri mereka untuk negeri, namun gaji yang diterima sering kali tidak sebanding dengan usaha dan pengorbanan yang telah diberikan. Bahkan, masih ada guru yang hanya memperoleh gaji ratusan ribu rupiah hanya karena berstatus sebagai guru honorer.

Kondisi ini mencerminkan kesenjangan yang luar biasa. Dampaknya pun serius: banyak guru yang kehilangan fokus dalam mendidik karena harus membagi perhatian antara mengajar atau mencari cara untuk sekadar bertahan hidup. Isu ini sangat perlu dibahas, apalagi di era sekarang, ketika generasi muda cenderung menilai profesi dari seberapa besar gaji yang ditawarkan. Akibatnya, profesi guru semakin dijauhi. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, bagaimana nasib masa depan negeri kita?

- Poster Iklan -

Nah, bagaimana jika realitas ini diputar balikan? Bayangkan jika seorang guru memperoleh gaji sebesar 100 juta rupiah per bulan, lengkap dengan tunjangan yang mendukung kualitas hidup dan pengembangan profesional mereka—maka dampaknya akan sangat besar dan signifikan bagi masa depan bangsa.

Pertama, pemberian gaji tinggi akan mengangkat derajat profesi guru, yang selama ini seringkali dipandang sebelah mata. Profesi guru akan menjadi salah satu pekerjaan yang paling diminati, tidak hanya karena nilai ekonominya, tetapi juga karena prestise dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.

Kedua, kesejahteraan guru yang meningkat akan berdampak langsung pada kualitas pendidikan. Guru yang sejahtera secara finansial akan lebih fokus mengajar, lebih semangat berinovasi dalam metode pembelajaran, dan memiliki waktu serta sumber daya untuk terus meningkatkan kompetensinya. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan generasi pelajar yang lebih berkualitas.

Ketiga, jika kita serius menghargai guru melalui gaji dan tunjangan yang layak, kita sedang menginvestasikan masa depan bangsa. Pendidikan yang baik adalah fondasi kemajuan, dan guru adalah kuncinya. Memberikan mereka penghasilan tinggi bukan sekadar bentuk penghormatan, tapi strategi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, mandiri, dan kompetitif di kancah global.

Sebagai contoh saja, negara Finlandia yang selalu dilihat dengan kualitas tenaga didiknya, bisa memberikan banyak hal positif untuk negaranya, anak-anak dari latar belakang ekonomi berbeda tetap mendapat kesempatan pendidikan yang setara membuat Finlandia memiliki kemampuan literasi, matematika, dan sains yang kuat. Menghasilkan SDM berkualitas yang membantu Finlandia membangun ekonomi berbasis inovasi dan teknologi tinggi dan menjadikan Finlandia sering berada di peringkat 1 negara paling bahagia di dunia (World Happiness Report).

Bukan berarti kepentingan negara tidaklah penting, namun tidak ada salahnya juga untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan tenaga pendidik di dalam negeri ini, karena semuanya juga akan kembali lagi untuk bangsa dan negeri ini.

Jadi, apakah kita benar-benar bersedia menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama?

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here