Fenomena K-Pop bukan cuma soal musik dan tarian yang energik. Gelombang budaya populer asal Korea Selatan (Korsel) ini sudah merambah ke banyak aspek kehidupan. Mulai dari cara berpakaian, gaya berbicara, hingga kebiasaan belanja.

Tidak sedikit fans yang rela merogoh dompet dalam-dalam demi mengikuti tren K-Pop terbaru. Pertanyaannya, sampai sejauh mana “K-Pop Effect” ini mengubah gaya hidup dan keuangan para penggemarnya?

Berawal dari Musik

Semua berawal dari musik. Lagu-lagu K-Pop dikenal ear-catching, penuh warna, dan mudah diingat. Video musik dengan kualitas sinematik membuat siapa pun betah menonton berulang kali. Tak heran jika menurut data International Federation of the Phonographic Industry (IFPI), K-Pop menyumbang pertumbuhan besar di industri musik global, dengan BTS dan BLACKPINK masuk daftar artis paling laris di dunia.

Namun, musik hanyalah pintu masuk saja. Dari pintu tersebut, fans mulai merambah ke merchandise, album fisik, hingga tiket konser. Uniknya, di era digital sekarang ini, album fisik K-Pop justru laris manis. Asosiasi Industri Musik Korea (Gaon Chart) pernah mencatat penjualan album K-Pop mencapai lebih dari 100 juta kopi pada 2022, meningkat 40% dibanding tahun sebelumnya (2021). Angka ini luar biasa, mengingat sebagian besar fans sebenarnya sudah bisa mendengar musik secara digital.

- Poster Iklan -

Ternyata, yang dicari bukan sekadar lagu, melainkan photocard, poster, hingga packaging eksklusif. Di market place saja,  harga photocard idol tertentu bisa melambung hingga jutaan rupiah. Bagi fans, memiliki koleksi itu bukan soal kebutuhan, tapi kebanggaan.

Tak bisa dipungkiri, K-Pop ikut mendikte tren fashion global. Outfit para idol di panggung, bandara, atau sekadar postingan media sosial langsung jadi inspirasi fans. Brand besar seperti Gucci, Chanel, hingga Louis Vuitton pun menjadikan idol sebagai ambassador. Hasilnya? Produk cepat laku hanya karena dipakai oleh idol populer.

Fenomena ini juga terasa di Indonesia. Menurut riset Populix tahun 2023, sekitar 68% fans K-Pop di Indonesia pernah membeli produk fashion atau kecantikan karena dipromosikan idol mereka. Mulai dari lip tint, sneakers, hingga tas branded. Bahkan, banyak yang rela menabung berbulan-bulan untuk membeli barang limited edition (edisi terbatas) hanya agar bisa merasa “lebih dekat” dengan idolanya.

Tren ini berdampak langsung pada gaya hidup. Fans kerap menyesuaikan penampilan dengan idol yang mereka kagumi. Bukan hanya sekadar mengikuti gaya berpakaian, tetapi juga tren makeup ala Korea, skincare, hingga gaya rambut. Akhirnya, gaya hidup K-Pop ini mengubah cara fans melihat diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Dompet Fans Ikut Terkuras

Di balik keseruan mengikuti tren K-Pop, ada cerita soal dompet fans yang ikut “menjerit”. Sebuah survei yang dilakukan Statista pada 2022 menyebut, rata-rata fans K-Pop di Asia menghabiskan sekitar USD 150–300 (Rp2,2–4,5 juta) per tahun hanya untuk membeli album, merchandise, dan tiket konser. Angka ini bisa lebih tinggi jika dihitung dengan biaya perjalanan untuk menghadiri konser internasional.

Di Indonesia sendiri, kasus serupa sering terdengar. Saat konser BLACKPINK digelar di Jakarta tahun 2023, tiket dengan harga tertinggi mencapai Rp3,8 juta dan ludes hanya dalam hitungan menit. Tak berhenti di situ, banyak fans juga mengeluarkan biaya tambahan untuk lightstick resmi, outfit konser, hingga ongkos transportasi dan akomodasi.

Beberapa fans bahkan mengaku rela memotong kebutuhan lain. Ada yang menunda membeli barang pokok, ada pula yang berhutang hanya demi bisa nonton idola kesayangan. Di media sosial, banyak curhatan tentang “kantong kering” setelah era konser K-Pop kembali digelar pasca pandemi.

Bisa Boros

K-Pop effect memang luar biasa. Musik yang catchy membuka jalan menuju fashion, gaya hidup, hingga pengeluaran yang besar. Bagi banyak fans, semua itu dianggap sebagai bentuk cinta dan loyalitas pada idol. Namun, tak sedikit pula yang akhirnya kewalahan mengatur keuangan karena terlalu larut dalam euforia.

Menjadi fans sejati bukan berarti harus selalu boros. K-Pop seharusnya dinikmati sebagai hiburan, bukan beban finansial. Apresiasi pada musik, penampilan, dan kreativitas idol tetap bisa dilakukan tanpa harus menguras dompet. Dengan cara yang lebih bijak, fans bisa tetap menikmati K-Pop tanpa kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here