Selamat tinggal, masa kecil! Selamat datang, masa muda!
Dunia yang penuh cerita dan petualangan
yang indah dan luas
menanti di usia empat belas,
saat kami masih menghitung tahun.
Lalu cara baru menghitung waktu tiba
dengan hari, jam, ketakutan,
menit, ancaman, abu,
reruntuhan, luka, putus asa, teror, penderitaan, kematian.
Ya, begitulah kami mengukur waktu
di usia empat belas.
Tak ada kata yang bisa menjelaskan.
Hanya air mata.
Begitulah penggalan puisi berjudul “Childhood” yang ditulis oleh Ilona dan Henia Karmel, kakak-beradik penyintas perang dunia kedua yang sempat merasakan kegetiran kamp konsentrasi Nazi di Polandia dan Jerman dalam buku berjudul “A wall :Poems of Resistance and Suffering from Kraków to Buchenwald and Beyond” yang terbit pada tahun 2007, buku yang berisi lebih 52 puisi yang disertai dengan 1 surat yang mengabarkan kebebasan pasca perang dunia ke 2 sebagai penutup merupakan satu dari banyak karya-karya sastra yang ditulis oleh kalangan Yahudi yang menjadi penyintas maupun yang tewas akibat upaya genosida yang dilakukan oleh Nazi Jerman terhadap umat yahudi yang disebut sebagai Holocaust
Namun yang perlu kita pahami terlebih dahulu ketika membincang Peristiwa Holocaust yang kerap hanya dikaitkan dengan pembantaian umat Yahudi di Eropa itu sebenarnya salah secara sejarah. karena sejarah juga mencatat ada etnis-etnis minoritas lainnya yang juga menjadi korban genosida Nazi (Vollhardt, 2015) yang saat itu memerintah eropa dengan doktrin superioritas ras yang disebut “aryanisasi” yang didukung oleh legalitas dari negara, Retorika pseudo saintifik tentang kebersihan rasial, dan Propaganda yang sistemik (Kruse & Wald, 2022).