Gelombang budaya Korea alias hallyu semakin cepat mengguncang dunia. Goncangan terasa lewat musik K-Pop dan drama Korea. Bukan hanya hiburan semata, K-Pop punya kekuatan lebih. Ia bisa menginspirasi generasi muda belajar bahasa Korea.
Saya punya pengalaman menarik saat menyusun disertasi. Semua subjek penelitian mengatakan terinspasi untuk belajar bahasa Korea karena sering mendengarkan lagunya. Banyak remaja dan mahasiswa yang dulu hanya mendengarkan lagu-lagu idol favorit, sekarang mulai tertarik memahami lirik tanpa subtitle, memahami wawancara, atau sekadar ingin merasakan kedekatan dengan idolanya.
Kecenderungan ini nyata. Survei terbaru GoodStats (2024) menyebut Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan antusiasme budaya Korea tertinggi di dunia (86,3%). Mereka menyatakan tertarik terhadap budaya Korea. Angka ini memang belum menunjukkan secara langsung bahwa mereka ingin belajar Bahasa Korea. Namun, kenyataan itu menjadi sinyal kuat bahwa ketertarikan budaya membuka pintu ke keinginan belajar bahasa.
Karena K-Pop
Di Indonesia, fenomena ini sangat nyata. Studi yang dilakukan Aulia Kurniawati (2025) menunjukkan 91% siswa memilih Korean Wave — termasuk K-Pop dan drama Korea –sebagai alasan utama mereka ingin belajar bahasa Korea. Hampir semua responden yang tertarik budaya Korea juga menyebut bahwa K-Pop menjadi pintu masuknya.
Semakin sering generasi muda terpapar konten Korea, semakin besar minatnya. Penelitian Naomi Feby Yolanda Br Saragih dkk (2025) di Semarang dengan responden usia 18-25 tahun menemukan bahwa intensitas menonton drama Korea dan tingkat kesukaan pada musik pop Korea punya hubungan positif dengan minat belajar bahasa Korea. Hubungan antara menonton drama dan minat belajar cukup kuat (49,8%). Sedangkan kesukaan musik pop Korea (26,8%) mendorong mereka untuk belajar bahasa Korea. Jadi, semakin tinggi intensitas menonton dan mendnegarkan music Korea semakin besar minat untuk belajar bahasanya. Lembaga King Sejong Institute di Yogyakarta menemukan bahwa 91% siswa menyebut korea wave sebagai alasan utama belajar Bahasa Korea.
Lain lagi survey yang pernah dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2025. Survei itu menemukan sekitar 66,7% merasa budaya K-Pop memengaruhi motivasi mereka belajar bahasa Korea. Lalu, sisanya sekitar 33,3%, mengatakan pengaruhnya tidak signifikan. Artinya mayoritas generasi muda memang merasakan dampak positif dari K-Pop terhadap ketertarikan belajar bahasa Korea.
Efek yang Terjadi
Lalu apa alasan mereka tertarik belajar bahasa Korea? Apakah sekadar gaya-gayaaan? Apakah ingin belajar sungguhan? Apakah disarankan oleh orang lain? Alasan‐alasan yang muncul cukup beragam. Sebagian besar generasi muda mulai belajar karena ingin memahami lirik lagu dan berbicara dengan idol tanpa bantuan terjemahan. Hal itu didasarkan pada berita dari suara.com (2024) dengan judul berita “Deman Hallyu Melanda Indonesia, Bikin Generasi Muda Termotivasi Belajar Bahasa Korea”.
Data dari wawancara yang pernah penulis lakukan (2025) ada yang terdorong ingin menonton variety show tanpa subtitle atau menikmati konten yang lebih “otentik”. Juga, ada yang menjawab peluang kerja dan beasiswa dari Korea Selatan juga menjadi pemicu kuat. Banyak yang melihat belajar bahasa Korea sebagai investasi masa depan, terutama di bidang-terkait seperti penerjemahan, konten kreator, atau hiburan.
Apa efeknya bagi Indonesia? Ada cerita menarik dari SMAN 22 Jakarta. Sekitar 96,25% siswa menyatakan bahwa belajar bahasa Korea di era sekarang dianggap penting. Itu berarti hampir semua siswa menyadari nilai penting bahasa ini. Namun, perlu dicatat pula bahwa “penting” belum selalu berarti komitmen mempelajarinya.
Lain lagi penelitian yang dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian terhadap mahasiswa D3 Bahasa Korea menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa sudah pernah belajar bahasa Korea sebelumnya. Mereka pernah mempelajari secara otodidak atau lewat kursus sebelum masuk ke jurusan resmi. Ini menggambarkan bahwa minat sudah muncul sebelum masuk pendidikan tinggi formal.
Agar Lebih Berdaya Guna
Apa pelajaran yang bisa dipetik? K-Pop dan konten budaya Korea lainnya telah terbukti menjadi jembatan kuat bagi generasi muda untuk mulai belajar bahasa Korea. Persepsi budaya positif, ketertarikan pada idol dan konten. Juga, peluang karier menjadi motivasi yang sangat nyata.
Intensitas menonton drama dan musik Korea berhubungan erat dengan minat belajar Bahasa. Meskipun tingkat motivasi dari musik sedikit lebih lemah dibanding efek dari drama. Sebagaimana sudah disebutkan di bagian awal tulisan ini antusiasme generasi muda Indonesia atas budaya Korea sangat tinggi (86,3%). Hampir seluruh siswa di beberapa sekolah menganggap belajar bahasa Korea adalah “penting”.
Meski begitu, tingginya minat tidak elalu diikuti dengan kemampuan bertahan belajar dan mencapai tingkat mahir. Kesulitan tata bahasa, kurangnya fasilitas yang mendukung, dan kurikulum formal yang belum banyak memasukkan unsur budaya populer menjadi hambatan.
Penting kiranya ke depan pengajar dan institusi pendidikan perlu terus berinovasi. Misalnya, memasukkan unsur K-Pop dan konten hiburan Korea ke dalam metode pengajaran. Tak lupa menyediakan akses materi dan pengalaman nyata. Lalu juga mendukung pembelajaran berkelanjutan agar minat tidak sekadar hobi sesaat, tetapi bisa menjadi kemampuan bahasa yang lebih berdaya guna.