Pernah ikut debat di grup WhatsApp keluarga atau alumni? Atau diskusi panjang soal “tim bubur diaduk vs tidak diaduk” di Twitter? Nah, itu sebenarnya Anda sudah melakukan argumentasi. Bedanya, dalam tulisan argumentasi, Anda perlu menyampaikan pendapat yang kuat, masuk akal, dan didukung fakta. Bukan cuma asal ngomong karena emosi.
Menulis argumentasi itu penting sekali, apalagi di era informasi yang serba cepat. Anda harus bisa menyampaikan pendapat secara meyakinkan. Pembaca bukan cuma paham apa yang Anda pikirkan, tetapi juga merasa, “Oh iya juga ya, masuk akal!”
Tulisan argumentasi adalah tulisan yang berisi pendapat penulis tentang suatu topik. Pendapat itu harus didukung alasan, data, dan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Tujuannya satu yakni meyakinkan pembaca bahwa argumen yang Anda sampaikan layak diterima. Jadi tidak cukup hanya bilang, “Menurut saya begitu.” Harus ada kenapa, apa alasannya, dan mana buktinya.
Kenapa menulis argumentasi penting? Karena setiap hari Anda berhadapan dengan berbagai isu. Isu kesehatan, pendidikan, lingkungan, sampai gosip dunia entertainment. Dengan kemampuan berargumentasi yang baik, Anda jadi lebih kritis saat membaca informasi. Tidak gampang termakan hoaks. Dan tentu saja bisa menyampaikan opini dengan lebih cerdas dan elegan.
Bagaimana membuat tulisan argumentatif? Kita lihat dulu ciri-cirinya; (1) ada pendapat atau klaim yang jelas, (2) didukung data, fakta, atau contoh yang valid, (3) logis dan tidak emosional, dan (4) mempengaruhi pembaca untuk menerima pendapatmu.
Contohnya bagaimana? Kita lihat bersama. Misalnya Anda bilang, “Kita perlu lebih banyak ruang hijau di kota.”. Ini baru pendapat. Belum jadi argumen kuat. Coba kita tambahkan dengan kalimat begini, “Karena ruang hijau bisa menurunkan tingkat polusi, membuat udara lebih segar, dan membantu kesehatan mental warga kota.” Ini sudah lebih baik. Coba tambah data pendukung misalnya kalimat begini, “WHO menyebutkan bahwa polusi udara menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahun. Kota dengan ruang hijau lebih luas memiliki kualitas udara lebih baik dan angka stres masyarakat yang lebih rendah.” Ini baru argumen mantab. Ada pendapat, alasan dan bukti nyata, bukan?
Agar tulisan kuat, ada beberapa syarat menulis argumentasi meliputi; pertama, punya pendapat yang jelas. Jangan abu-abu. Pembaca harus tahu Anda berpihak ke mana. Kedua, gunakan logika. Kalimat harus runtut. Ajak pembaca berpikir bersama. Ketiga, ada bukti dan data. Kutip sumber yang valid. Jangan pakai rumor apalagi asumsi doang. Keempat, gunakan emosi secukupnya. Emosi boleh, tapi jangan jadi sumber utama argumen. Kelima, antisipasi sudut pandang lawan. Sebutkan argumen yang berlawanan, lalu patahkan dengan fakta.
Sekali lagu, kita coba simak contoh kalimat argumentatif lainnya, “Beberapa orang menganggap game hanya membuat anak kecanduan. Namun penelitian Oxford University menunjukkan bahwa bermain game dalam batas wajar dapat meningkatkan kemampuan problem solving.” Kalimat tadi didukung dengan hasil sebuah penelitian. Mengakui bahwa gama online berbahaya juga disampaikan manfaat jika dilakukan dalam batas wajar.
Hindari juga kalimat seperti ini, “Pokoknya menurut saya begitu. Kalau Anda tidak setuju ya udah.” Ini kalimat bukan argumentatif. Tetapi Anda sedang emosi dan mau menang sendiri, bukan?
Contoh kalimat yang lebih baik misalnya, “Penambahan jumlah transportasi publik di kota Malang akan mengurangi kemacetan. Tentu saja harus didukung dengan fasilitas jalan yang lebih memadai. Misalnya, jalan yang mulus, pengaturan arus lalu lintas, atau membuat jalan baru alternatif. Karena jika semakin banyak orang memilih naik transportasi umum, jumlah kendaraan pribadi di jalan akan berkurang.” Dalam kalimat ini ada sebab dan akibat. Lebih logis, bukan?
Nah, perhatikan struktur tulisan argumentasi dengan urutan sebagai berikut; 1) pembukaan (perkenalkan topik dan posisi Anda), 2) isi (alasan pendukung dan bukti/data), dan 3) penutup (perkuat kembali argumen utama)
Bagaimana contohnya? Kita bahas topik soal penggunaan plastik sekali pakai. Pembukaan, “Penggunaan plastik sekali pakai perlu dikurangi karena merusak lingkungan dan kesehatan manusia.” Isi, “Sampah plastik mencemari laut. Mikroplastik kini ditemukan dalam tubuh manusia.” Penutup, “Kita harus mendukung kebijakan pengurangan plastik dan mulai dari kebiasaan sehari-hari.” Singkat, tapi pesannya sampai, bukan?.
Maka, menulis argumentasi harus mengajak pembaca untuk berpikir. Bukan menyerang mereka. Jadilah seperti teman diskusi yang santai tapi tetap cerdas. Pilih kata yang enak dibaca. Hindari kata-kata kasar atau merendahkan pihak lain. Kritik boleh, tapi tetap elegan. Karena ide yang baik butuh cara penyampaian yang baik juga.
Menulis argumentasi bukan sekadar menyampaikan opini. Anda harus membuat pembaca percaya bahwa pendapat layak didengar. Dengan pendapat yang jelas, alasan yang kuat, dan data yang mendukung, sebuah tulisan bisa jadi lebih berpengaruh. Dan itu penting di dunia yang penuh perdebatan seperti sekarang. Jadi kalau Anda mau jadi penulis yang didengar, latih kemampuan argumentasinya. Karena argumen yang kuat punya kekuatan untuk mengubah cara pandang banyak orang.





















