Sering Saya dapat pertanyaan yang sifatnya tiba tiba tiba. Contohnya adalah saat ditanya : Sam Faizal, usaha Saya perlu bikin website nggak?
Ingin rasanya Saya jawab : YNTKTS.
Alias, Ya Ndak Tau Kok Tanya Saya?
Tapi tentu, yang perlu Kita perhatikan, bahwa orang yang bertanya adalah orang yang menganggap Kita lebih tahu atau lebih paham atas sesuatu. Maka Saya anggap menjadi sebuah tanggung jawab untuk memberikan respon yang tidak cuma sekedarnya, namun respon berupa jawaban yang jelas, lugas, dan tuntas.
Sering Kita amati, kalau mau memulai proses marketing, utamanya digital marketing, ada kebingungan, mau mulai dari mana, dan mau memulai apa dulu? Karena jika baru dan awam, pasti situasinya : belum melakukan apa apa, alias, semuanya belum dilakukan.
Ini nyambung dengan perkara pertanyaan tadi, perlu bikin website apa enggak? Biasanya Saya runut dulu dari dasarnya, bisnisnya apakah B2B atau B2C? Kenala berbeda? Jelas, kalau B2B atau business-to-business, punya website menurut Saya adalah hal pokok. Misalnya, usahanya pabrik, produsen, pembuat, penyuplai, yang secara model bisnis merupakan hulu dari sesuatu, memiliki website adalah sebuah deklarasi dan statemen yang jelas, bahwa perusahaan Kita itu serius, tidak bercanda. Hal ini akan semakin diperkuat jika menggunakan nama domain yang lebih bonafid, misalnya daripada menggunakan (.com) lebih mengutamakan menggunakan (.co.id) yang tentu syaratnya lebih detail dan tidak sembarang pengajuan akan disetujui dalam penggunaannya.
Punya website adalah salah satu indikator jelas, tentang seberapa komitmen Kita untuk ada dan menampilkan diri, siap untuk diorder, siap untuk kolaborasi, diap untuk mensuplai, atau siap untuk melayani.
Hawa dan auranya akan berbeda, jika dibandingkan dengan hanya punya akun media sosial. Website adalah level kesungguhan dan keseriusan yang berbeda.
Bagaimana dengan yang model usahanya B2C alias business-to-customer? Menurut Saya, memiliki website adalah opsional, karena kalau diharapkan secara ideal, kalau B2C kan websitenya bisa jadi platform untuk transaksi dan jual beli? Nyatanya, tidak banyak yang mampu mengimplementasi dan memiliki praktek mentereng perihal ini. Masih saja akan kalah dengan pesona marketplace yang punya familiaritas, aneka voucher, gratis ongkir, dan live streaming dikawal host yang bening-bening.
Apakah B2C tidak perlu website? Dalam situasi tertentu, masih dirasa perlu. Contoh, sebuah restoran berjaringan, tetap juga ada dan punya website lho. Tujuannya bukan untuk menjual produk makanannya pada konsumen lewat website yang dibuat, tetapi, untuk ajang pajang jumlah cabang yang terbentang dari cabang 1 sampai cabang ke sekian, dalam rangka untuk pelet menggaet calon mitra atau investor yang dirangkul untuk ekspansi dan perluasan ke cabang berikutnya.
Jadi sebelum menjawab perlu atau tidak, perlu diingat, bahwa website adalah sarana, bukan tujuan. Maka jangan sampai, sarana berubah menjadi tujuan. Dideteksi dulu, tujuannya apa? Dan apakah website ini akan menjadi sarana yang mempercepat dan memperdekat, atau justru jadi sarana yang menghambat?
Hla kalau blog Sam Faizal? Ya kurang lebih sama, karena sering gampangnya kalau website itu menyajikan dan menampilkan profil, maka blog lebih menitikberatkan pada format artikel yang ditulis dengan tema yang sistematis dan ditayangkan secara berkala. Ada yang berbayar, berupa menu artikel dalam website. Ada pula yang gratis, dengan memanfaatkan banyak penyedia blog gratisan.
Makanya, pertimbangannya betul, bahwa punya website bagi usaha Anda itu, termasuk dalam : nice to have? Atau must have? Yang jelas bocoran informasinya : Sebuah perusahaan lebih dipercaya jika memiliki website yang profesional, karena hampir 75% orang menilai kredibilitas sebuah perusahaan berdasarkan desain dan konten situs webnya.
Sekali lagi, diidentifikasi dulu ya, apa jenis perusahaan Anda? Siapa segmen market konsumennya, dan tentu saja, ide bikin website se greget apapun mau bikin website yang out of the box, tetap kena rumus : ide boleh out of the box, tapi eksekusinya tetap inside the box, dan the box is : budget.
Nah, mau bikin website, ada anggarannya nggak?
Karena sejauh ini, Saya belum pernah menemukan sebuah website jadi, dengan bermodal niat.
Ditulis dari Jeddah, Saudi Arabia.
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Praktisi Pemasaran Dengan 16 Tahun Pengalaman
Rangkuman video rahasia membangun tim digital marketing, sudah bisa didownload berbayar di s.id/membanguntim





















