Ada satu prasyarat bagi sistem ekonomi yang dominan dewasa ini, yakni kapitalisme jika ingin tetap mempertahankan dirinya dari segala krisis yang mungkin mengancam eksistensinya. Prasyarat itu adalah pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang biasanya diukur dengan parameter gross domestik product (GDP). Mengapa hal ini adalah sesuatu yang mutlak dalam kapitalisme? Hal ini bukan karena para kapitalis adalah orang-orang ambisius dan rakus yang memiliki fetis pada setumpuk uang. Mungkin itu ada benarnya. Tapi yang, terutama sekali, membuat pertumbuhan ekonomi niscaya bagi kapitalisme adalah fakta bahwa tanpa pertumbuhan yang terus-menerus, maka kapitalisme akan kolaps dengan sendirinya, bahkan tanpa revolusi proletariat sekalipun.

Pertumbuhan sebagai Fitur Inheren dalam Kapitalisme

Begini penjelasan sederhananya. Munculnya para pedagang baru yang telah berkeliling dunia membuat barang-barang seperti wol, sutra, rempah-rempah, dan pedang baja menjadi sesuatu yang amat berharga di pasar dunia. Para pedagang baru ini, yang kebanyakan punya status yang lebih rendah daripada para feodal, muncul dengan kekayaan yang membuat banyak tuan tanah tercengang. Hal ini kemudian membuat kaum feodal tak lagi menjadikan tanah miliknya sebagai lahan pertanian, tetapi dijadikan padang rumput untuk menggembala domba. Perubahan pola produksi ini, memicu transisi radikal yang dikenal sebagai pemagaran (enclosure movement) yang menandai masa peralihan dari feodalisme ke kapitalisme. Para budak yang sebelumnya menggarap sawah tuan tanah, diusir ke jalanan dan para tuan tanah memagari tanah mereka. Sejak saat itu, lahirlah dua kelas baru, yakni kaum kapitalis yang menguasai alat-alat produksi dan kaum proletar atau bekas budak yang tidak punya apapun selain tenaga kerjanya untuk dijual pada para kapitalis

Pemagaran ini juga membuat segala sesuatunya terkomodifikasi. Tenaga kerja yang semula bukan komoditas, sebab para budak hanya bekerja pada tuannya, dan para tuan memberi mereka jaminan hidup sebagai gantinya, kini harus menjual tenaga kerjanya demi sepotong roti. Begitupun, tanah yang dulu hanya ditanami tanaman yang tak cukup bernilai, kecuali dimakan sendiri, kini bisa dijadikan tempat produksi barang-barang yang bernilai internasional. Tanah pun menjadi sesuatu yang amat mahal harganya. Dan persis saat semua hal telah ditakar untuk ditukar, kapitalisme yang membelenggu kita mulai mendominasi.

- Poster Iklan -

 

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here