Riant Daffa. Seorang musisi yang punya ciri khas pakai kaca mata dalam setiap perform. Lagu Riant Daffa terkenal mengangkat tema agraria, peluh petani hingga isu sosial.
Pria kurus kelahiran Kediri, 22 Januari 1998 itu acap disapa Daffa. Tak lama saya mengenal seorang Riant Daffa, musisi solois yang berasal dari Kediri. Daffa sendiri sangat mudah bergaul dengan siapapun, bahkan orang yang tidak kenal, dia sapa.
Dari dulu, Daffa mempunyai darah seni bermusik. Kehidupannya juga mengalir darah petani. Banyak dari keluarga, sanak saudara di kampung halamannya adalah petani. Bersama keluarga, dia menghidupi lahan yang dia punya untuk bertahan hidup.
Namun karena suatu hal, Daffa harus ikut melawan keserakahan pemerintah yang hendak “mencaplok” lahannya dan para petani lainnya. Keserakahan itulah yang membuat Daffa harus memutar otak agar perjuangan para petani terus hidup.
Kehilangan lahan membuat Daffa dan para petani desa menjerit-susah. Sedari pagi sampai malam, petani harus pergi ke sawah untuk memenuhi isi perut seluruh manusia di negeri ini. Sampai pada suatu hari, Daffa menuliskan lagu kegelisahan dan keresahan para petani desa yang lahan sawahnya diambil oleh pemerintah.
Tak menunggu lama, lagunya mulai terdengar oleh anak muda dan para petani. Untuk mengenalkan karya musiknya, dia mengembara ke beberapa tempat yang mudah diterima oleh masyarakat untung memperkenalkan karya musiknya.

Di tempat seperti warung kopi, coffee shop dan tempat-tempat yang mayoritas pekerjaannya adalah petani, dia berani bermain dan mengenalkan musiknya ke para penonton.
Selama saya mengikuti Daffa tampil bermusik di beberapa tempat, saya melihat kebanyakan orang yang hadir adalah aktivis, beberapa kelompok kolektif, dan bahkan tak jarang petani juga
turut hadir memeriahkan acara tersebut.
Karena begitu cintanya kepada pertanian, Daffa menciptakan lirik-lirik merdu yang penuh makna yang dalam dalam karya musiknya. Namun, karena kejujuran tentang peluh petani yang ditungkan dalam lirik-liriknya kerap dianggap sebagai perlawanan bagi
orang tertentu. Wajar jika ada yang tak suka dengan karya-karya musiknya. Tetapi, dia tetap lantang dan berani menyuarakan apa yang harus disuarakan.
“Jika itu memang kebenaran dan kebaikan, ya, harus di perjuangkan.” Ucap Daffa kepada saya ketika ngobrol di warung kopi saat itu.
Dalam lirik yang berjudul “Hijau Kini Hilang Entah Kemana”, Daffa mengungkapkan keresahan dan kegelisahan terhadap agraria. Berikut penggalan liriknya.
Lihat luas ladang membentang
Kemilau embun di atasnya
Bergoyang mereka tat kala bertiup angin
Sucikan rasa segarkan jiwa
Dengar suara ringkih sepeda tua
Mereka datang berduyun-duyun
Bersama-sama memulai menanam
Senyum mereka tatkala bekerja
Namun kini hilang entah kemana
Bentang hijau kini semakin menghilang
Berganti beton-beton
Berganti pabrik-pabrik
Hijau kini hilang entah kemana
Dulu terbentang kini makin terhimpit
Diterjang pesatnya pembangunan negeri
Di gantikan bandara
Di gantikan perumahan
Hijau kini hilang entah kemana
Banyak orang yang mudah memahami kegelisahan para petani melalui lirik yang ditulis oleh Riant Daffa. Musik dan lirik memang dua komponen utama yang bisa menghipnotis para
penikmat musik. Tapi, apakah musik menjadi hal yang bisa menggambarkan suasana? Dengarkan lagu-lagu Riant Daffa, kalian akan mengetahui jawabannya.
Lagu-lagu yang dibawa oleh Riant Daffa bertema agraria dan kegelisahan para petani. Mulai dari, kisah petani yang meninggal karena meminum racun, petani yang dililit hutang, hilangnya
lahan petani yang tergantikan oleh bandara dan perumahan, serta masih banyak lainnya.
Seperti halnya musisi terkenal yang mempunyai lagu favorit bagi pendengarnya, Riant Daffa juga punya lagu andalan. Lagu yang selalu dinanti penggemarnya, yaitu “Hijau Kini Hilang Entah
Kemana”. Dan kini, Riant Daffa telah mempunyai dua album, yang pertama adalah “Janggal”, dan yang kedua adalah “Pertanian Hari Ini”. Semua karya Riant Daffa bisa di nikmati di beberapa kanal aplikasi musik.