Kucing, makhluk bertaring nan gemoy ini barangkali sudah tidak lagi asing dalam kehidupan manusia. Baik di dunia maya maupun di dunia nyata dapat kita jumpai betapa banyak manusia yang peduli dan mendapuk diri sebagai pecinta kucing.
Jika kamu adalah salah satunya, mungkin film dokumenter yang rilis pada 18 Agustus 2022 ini akan menjadi sangat menarik untuk ditonton, yaitu Inside the Mind of a Cat yang tayang pada layanan streaming Netflix.
Film dokumenter ini berisi tentang para pakar kucing yang menyelami pikiran kucing untuk mengungkap kemampuan yang sebenarnya. Dengan Andy Mitchell sebagai sutradara dan Neil Wilson sebagai naratornya.
Dalam tulisan ini saya hendak mengemukakan beberapa hal menarik atau bahkan mungkin alasan mengapa Inside the Mind of a Cat sangat layak dan tepat untuk dinikmati. Terlebih bagi para pecinta kucing, tentunya film ini akan sangat disayangkan jika sampai dilewatkan.
Memahami Pemikiran Kucing
Poin utama yang membuat dokumenter ini menarik adalah “memahami pemikiran kucing”. Mereka yang suka dengan hewan berbulu nan lucu ini pasti paham bahwa tak jarang tingkah para kucing seringkali tak tertebak, bahkan sampai taraf menggila atau kerap disebut dengan istilah ngereog.
Istilah ini disematkan oleh warganet karena terinspirasi dari kesenian Reog dari Ponorogo, yaitu sebuah pertunjukan yang penuh dengan atraksi. Yang mana hal ini diidentikkan dengan perilaku kucing yang kadang suka melakukan aksi random dan dipenuhi oleh tingkah kocak tak terduga.
Tentunya kita sebagai pecinta kucing akan bertanya-tanya, “Ini kucing kenapa deh? Ada aja tingkahnya.” Mungkin film dokumenter ini dapat menjadi salah satu solusi untuk menjawab banyak rasa penasaran kita terhadap kucing dan segala tingkahnya.
Misalnya saja bagaimana cara kita bisa akrab dengan kucing, cara kucing mengekspresikan emosinya, sejarah bagaimana kucing dapat akrab dan menjadi peliharaan manusia, dan tentunya pertanyaan yang paling penting dari semuanya adalah “Apakah kucing menyanyangi kita sebagai pemiliknya?”
Tentunya ini akan menjadi pertanyaan paling “menggelitik” sebab sudah lazim diketahui kucing adalah hewan yang cuek. Kadang kalau kita memanggil namanya, ia hanya menoleh dan tetap diam di tempat. Bahkan di kalangan warganet pecinta kucing, tidak jarang sebutan “babu” disematkan kepada pemilik kucing, saking cuek dan seenaknya tingkah mereka.
Menghadirkan Para Ahli di Bidangnya
Film dokumenter berdurasi 1 jam 7 menit tersebut menghadirkan para pakar kucing yang akan membawa kita menyelami pemikiran dan menemukan kemampuan sebenarnya dari hewan pemburu tapi gemoy bernama kucing.
Dr. Yuki Hattori. Jika kita lihat dalam website Goodreads.com, dapat kita jumpai ia telah menulis 2 buku tentang kucing dan telah diterjemahkan ke beberapa bahasa. Seorang dokter kucing terkemuka di Jepang.
Dr. Saho Takagi, seorang peneliti kucing dari Azabu University. Berdasarkan penuturannya, jika dibandingkan dengan penelitian terhadap anjing, penelitian terhadap kucing dapat dibilang terlambat 15 tahun.
Dr. Kristyn Vitale dengan kucing kesayangannya bernama Carl. Biodata lengkapnya dapat dijumapi di situs unity.edu. Dia pernal melakukan penelitian lintas budaya tentang interaksi sosial kucing dengan manusia dan perilaku kucing yang telah dipublikasikan di beberapa jurnal peer-review.
Maryana dan Svitlana Savitsky dari The Savitsky Cats. Mereka melatih dan mengajarkan trik pada kucing. Selain itu, mereka juga pernah tampil dengan sangat menakjupkan di America’s Got Talent.
Tentunya masih banyak lagi nama-nama yang tidak mungkin dibahas satu per satu dalam tulisan ini yang akan memberikan banyak informasi pada kita tentang kucing dalam film dokumenter tersebut.
Visual Para Kucing yang Lucu dan Segala Tingkahnya
Selain lebih mengenal dan memahami pikiran kucing, film dokumenter tersebut juga menyajikan visual yang sangat indah dan estetik untuk ditonton. Mulai dari tingkah para kucing yang lucu dan memancing gelak tawa, visual dari hasil penelitian terhadap kucing, hingga beberapa atraksi.
Film dokumenter Inside the Mind of a Cat akan memberikan pengalaman menonton yang memuaskan dari awal hingga akhir. Narasi yang mudah diikuti dan menarik rasa ingin tahu kita semakin meningkat seiring dengan berjalannya durasi.
Barangkali ini berkat penyusunan narasi yang menyimpan jawaban-jawaban dari pertanyaan kunci seperti “Apakah kucing menyangi kita?” di menit-menit akhir, sehingga mau tak mau kita sebagai penonton pun harus menyaksikan keseluruhan filmnya sampai akhir untuk mengetahui jawabannya.
Entah Kenapa Timbul Rasa Haru Setelah Selesai Menontonnya
Poin terakhir ini barangkali agak tak terduga. Visual imut nan lucu, kadang pula diselingi atraksi, narasi yang memancing rasa ingin tahu. Awalnya saya pikir dokumenter ini hanya akan menyajikan informasi tentang kucing agar kita dapat lebih memahami bahkan menggali potensi makhluk berbulu itu. Akan tetapi, secara tak terduga di pertengahan akhir saya justru menangis terharu.
Entah kenapa mengetahui fakta tentang kucing yang merupakan hewan peliharaan kita rupanya mampu memancing air mata untuk keluar. Betapa dekatnya kucing dalam kehidupan manusia, kehadirannya bahkan perannya, rasanya sudah tak dapat lagi terpisahkan dalam keseharian kita.
Akhir kata, mungkin aku ingin mengutip apa yang dikatakan oleh Svitlana Savitsky dalam dokumenter tersebut ketika ia ditanya “Apakah kucing mencintai kita?”
“Aku tak bisa bayangkan hidupku tanpa kucing. Mereka binatangku. Aku merasakan mereka. Semoga mereka menyangiku seperti aku menyayangi mereka.”