“Amiirus Syiir” julukan Ahmad Syauqi yang disematkan kepadanya atas kepiawaiannya membuat syiir atau puisi. “Pangeran Puisi” begitu arti julukannya jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Lalu bagaimanakah perjalanan Ahmad Syauqi sehingga para sastrawan sepakat apa yang menempel pada julukannya?.
Dalam buaian kemewahan dan kekayaan, Ahmad Syauqi lahir pada tahun 1869 di kota Asyut, Mesir. Sastrawan yang bernama asli Ahmad Syauqi bin Ali bin Ahmad Syauqi tersebut memiliki garis keturunan dari pelbagai suku, ayahnya memiliki darah Arab, Kurdi, Sirkasia. Sedangkan darah Turki dan Yunani ia dapatkan dari garis keturunan ibunya. Ahmad Syauqi juga memiliki garis keturunan Arab Turki dari mendiang kakeknya.
Dari keluarga bangsawan dan bergelimang harta, Ahmad Syauqi mengenyam awal Pendidikan pada usia 4 tahun dengan belajar pada Syekh Sholah. Pada bangku sekolah dasar potensi sastra Ahmad Syauqi benar benar dikenal, hal ini dapat dibuktikan dengan bakat Syauqi dalam menghafal hamper tiap puisi pujangga-pujangga terkemuka pada saat itu. Sedangkan pada bangku menengah pertamanya jiwa patriotisme Syauqi muncul, hal ini didasari karena Syauqi mulai mengenal dengan anak-anak dari pelbagai daerah dan pengenalan mereka ke lembaga demokrasi.
Penyair Kerajaan
Pada pendidikan bangku sekolah menengah, dia tidak menyelesaikannya sampai akhir. Ayahnya mengirim syauqi di sekolah hukum pada tahun 1885, akan tetapi Syauqi berminat dan bergabung di jurusan penerjemahan, pada masa inilah Syauqi bertemu dengan gurunya yang kagum kepada dia atas kecerdasannya dalam membuat puisi. Pada tahun 1887 Syauqi lulus dari jurusan penerjemahan, namun perjalanan Pendidikan Syauqi tidak berhenti disitu, ia dikirim oleh Tufiq Al-Asr ke Prancis untuk belajar hukum disana. Syauqi mengenyam pendidikan di Pampelion kurang lebih selama 2 tahun, lalu Syauqi berpindah ke Paris untuk menetap di sana selama 1 tahun dan mendapatkan ijazah terakhirnya.
Pada tahun 1893 Syauqi Kembali ke Mesir, di sana di mulai menyuarakan gagasan gagaannya dengan puisi untuk melawan penjajah pada saat itu, ia begitu mahir Menyusun kata perkata, bait perbait menjadi sebuah puisi yang begitu indah. Pada tahun 1894 Syauqi dilantik menjadi penyair kerajaan, hal ini bukan tanpa sebab, puisinya yang begitu lantang menentang para penjajah, menggugah birahi semangat juang masyarakat mesir menjadi alasan Khedive Abbas Hillmi menjadikan Syauqi menjadi penyair kerajaan. Syauqi sangat dicintai oleh masyarakat mesir karena puisi-puisinya, hal ini dimanfaatkan oleh Khedive Abbas Hilmi untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat serta, diharapkan dengan dilantiknya Syauqi menjadi penyair kerajaan dapat membangkitkan jiwa juang masyarakat Mesir untuk melawan Inggris yang menjadi penjajah pada saat itu.
Namun, dengan bergabungnya dia di kerjaan bukan berarti dia pro terhadap kerajaaan, menyetujui semua kebijakan kebijakan kerajaan yang dirasa dapat merugikan masyarakat Mesir. Dia tetap berdiri untuk masyarakat Mesir puisi-puisinya bukan untuk menjilat petinggi kerajaan demi mendapatkan jabatan yang bisa sesuka hati membuat kebijakan yang menindas masyarakat Mesir. Pada tahun 1915 Syauqi pernah diasingkan ke Spanyol dikarenakan ia mengalami konflik dengan pemerintah Mesir, ia kurang setuju dengan kebijakan pemerintah sehingga menimbulkan kericuhan kecil, Syauqi diasingkan ke Spanyol bersama keluarganya.
Arah Gerak Juang
Ahmad Syauqi telah menciptakan banyak sekali berbagai macam puisi, mulai dari tentang keilmuan, kesatuan umat beragama, toleransi beragama, keagamaan, nasionalisme dan banyak lagi. Bagaimana tidak dia dijuluki pangeran syair oleh seluruh penyair di seluruh Jazirah Arab yang kagum dengan keindahan dan kejeniusan Ahmad Syauqi dalam merangkai bait perbait puisi. Namum, Hanna Fakhury berpendapat kecenderungan Syauqi dalam merangkai puisi mengandung tentang cinta tanah air, cinta agama, cinta kebebasan dan cinta kehidupan. Hal ini mungkin dilatar belakangi oleh pada saat itu Mesir dijajah oleh inggris yang mana Syauqi ingin membela negaranya, membela agamanya dan membela rakyatnya dengan puisi-puisinya.
Ahmad Syauqi memiliki jiwa patriotisme yang tinggi untuk negaranya banyak upaya beliau dalam membela negaranya dan menyatukan rakyat Mesir dengan tindakan beliau antara lain berpihak epada Turki. Pada saat itu, Mesir sedang dihadapkan dengan tiga kubu selama era itu, yang pertama kubu Inggris yang memerangi Turki. Yang kedua, adalah kubu yang mendukung Turki yang man pada kubu ini dipimpin oleh presiden mesir saat itu yaitu Khedive Taufik dan para sahabat Syauqi, alasan Khadiev berkubu pada Turki karena Turki memiliki kekhalifahan Islam, dan kubu yang ketiga yakni partai Nasional yang menutuntut atas kemerdekaan Mesir secara penuh, namun Syauqi berpuhak pada kubu Turki menunjukkan kesetiaan yang kuat kepada Turki yang ditarik oleh fanatisme berdarah, ikatan agama yang dimiliki oleh kekhalifahan Islam. di dalamnya, dan harapan politik bahwa Turki akan mendapatkan kembali pengaruhnya di Mesir, sehingga Inggris menjadi bayang-bayang.
Pada tahun 1894, ia menggubah puisi sebanyak 290 ayat yang ia sampaikan pada Konferensi Oriental Internasional yang diadakan di Jenewa, di mana ia merangkai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Lembah Nil dari masa paling awal hingga masanya, dan mempersembahkannya berbagai negara dan agama yang datang berturut-turut di Mesir, dengan keterampilan yang langka, semangat puitis yang unik, dan kebanggaan yang unik, amnesti nasional, dan dialek warisan Mesir yang mengganggu peradaban manusia.
Pada tahun 1932 Syauqi memuji para pemuda Mesir yang juga bergerak dengan rencana penggalangan dana dari orang-orang dermawan untuk membangun pabrik pabrik di Mesir, yang mana dengan dibangunnya pabrik-pabrik ini diharapkan menghilangkan ketergantungan keuangan dan bantuan terhadap negara lain. Disamping mengurangi jumlah pengangguran di Mesir bangsa Mesir juga sangat menyambut baik rencana ini dan akhirnya Meraka berhasil. Syauqi memuji mereka semua dengan sekumpulan bait-bait syair. Dalam kumpulan syair tersebut Syauqi mengawali puisinya dengan mengatakan bahwa harimau tidak bisa berdiam diri atas gunung saja Begitu juga warga Mesir memberontak terhadap penjajah dan eksploitasi-pengerukan sumber-sumber ekonomi dana penimbunan terhadap sumber-sumber kekayaan.· Mereka adalah para pemuda yang membela tanah airnya dari para perampas dan berusaha mengambil kembali kekayaan negara.
Toleran
“Sesungguhnya kila terdiri dari orang-orang Islam dan orang-orang Kristen Adalah umat yang dapat mempersatukan dari berbagai generasi”
Sejak kolonialisme masuk Mesir mereka berusaha memprovokasi hal hal yang dapat menimbulkan permusuhan antar umat Islam dan umat kristen untuk memecah belah orang orang Mesir sehingga timbul pecah belah persatuan. Pada tahun 1897 Syauqi berkata di dalam pidatonya di Alexandria: “sesungguhnya orang-orang Islam dan orang-orang Kristen adalah bangsa yang diikat dengan tanah air, nasionalisme, tradisi, akhlak dan mata pencaharian, dan selamanya tidak mungkin akan terpisah., Kita hidup di bumi-tanah yang sama. kita minum dari air yang sama, di negara yang sama, marilah kita satukan misi-visi kita demi tanah air kita”.
Dalam pidatonya Syauqi Mengatakan “Adapun perbedaan-perbedaan kecil tentang pendapat agama bukanlah menjadi sebab perpecahan dan pengkotakkotakan. Orang Islam menghadap kepada Allah Swt. dan orang Kristen juga menghadap kepada Allah Swt. Dia yang kita agungkan itu Maha Kuasa”.
Pada tahap terakhir hidupnya, Ahmad Syauqi melakukan perjalanan ke Eropa, dan dia berada di Paris mengunjungi Komedian Francaise dan berurusan dengan seni teater puitis, karena dia lebih suka musim panas di Lebanon, menikmati keindahan tanah dan langitnya, dan dia tetap seperti itu sampai Tuhan mengangkat ajalnya pada 13 Oktober 1932.