Seorang perempuan muda dari Punjab, dengan hidup yang sederhana dan mimpi biasa, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan paling pahit di bumi asing. Bukan karena ia mencari petualangan, melainkan karena tuntutan hidup yang mendorongnya pergi jauh dari rumah. Inilah kisah Akelli (2023), film India garapan sutradara debutan Pranay Meshram, yang menghadirkan sebuah narasi berbeda: bagaimana rasanya menjadi seorang perempuan biasa yang terjebak sendirian di medan perang Irak.

Dari Punjab ke Mosul: Perjalanan yang Tak Diduga

Jyoti, tokoh utama yang diperankan Nushrratt Bharuccha, bukanlah seorang prajurit, agen rahasia, apalagi superhero. Ia hanyalah perempuan sederhana, pekerja keras yang rela meninggalkan tanah kelahirannya di Punjab demi menopang ekonomi keluarga.

Namun takdir membawanya ke Mosul, Irak—sebuah wilayah yang sedang dilanda kekacauan, di mana dentuman senjata dan bayang-bayang ISIS menjadi bagian dari keseharian. Dari awal inilah, film Akelli menemukan keunikan: alih-alih bercerita tentang pahlawan maskulin dengan senjata di tangan, ia menghadirkan sosok perempuan yang rapuh, polos, dan tampak tak berdaya.

Sendiri, dan Harus Bertahan Hidup

Judul Akelli sendiri berarti “sendiri”. Dan benar, seluruh perjalanan Jyoti berpusat pada bagaimana ia bertahan seorang diri. Tanpa keluarga, tanpa teman, tanpa perlindungan, ia harus menghadapi ancaman penyekapan, intimidasi, hingga maut yang selalu mengintai.

- Poster Iklan -

Nilai unik film ini terletak pada penggambaran kesendirian itu: bagaimana “orang biasa” dipaksa menyalakan nyala api kecil dalam dirinya agar bisa bertahan. Bukan tenaga atau senjata yang menjadi senjata utama Jyoti, melainkan keteguhan hati, kecerdikan, dan keberanian untuk tidak menyerah.

Di sinilah film ini terasa berbeda. Banyak film Bollywood yang menghadirkan aksi heroik dengan ledakan spektakuler, tetapi Akelli memilih menghadirkan sisi manusiawi dari ketakutan. Bagaimana tatapan cemas, desah nafas terputus, atau langkah pelan Jyoti di lorong gelap bisa membuat penonton ikut merasakan atmosfer mencekam.

Perempuan sebagai Subjek, Bukan Sekadar Korban

Dalam tradisi perfilman India, perempuan kerap ditampilkan sebagai sosok yang harus diselamatkan oleh tokoh pria. Akelli justru memutar balik peran itu. Jyoti memang menjadi korban keadaan, namun ia bukanlah figur pasif. Ia bertransformasi—dari seorang pekerja biasa yang takut, menjadi seorang perempuan tangguh yang menolak tunduk pada teror.

Perubahan ini terlihat jelas dalam perjalanan emosionalnya. Pada awalnya, ia terlihat ragu, panik, bahkan nyaris menyerah. Tetapi di setiap detik ia dipaksa memilih antara hidup atau mati, karakter Jyoti berkembang. Ia belajar membaca situasi, mencari celah, dan menggunakan segala sesuatu yang tersedia untuk bertahan.

Nilai feminis inilah yang membuat Akelli menonjol. Ia menghadirkan narasi bahwa perempuan pun bisa berdiri sendiri, bahkan dalam situasi ekstrem yang biasanya hanya digambarkan sebagai domain laki-laki.

Menghubungkan Personal dengan Global

Unsur lain yang membuat Akelli unik adalah latarnya: konflik ISIS di Irak. Jarang ada film Bollywood yang begitu frontal menampilkan teror di Timur Tengah. Penonton diajak masuk ke dalam suasana mencekam, di mana gejolak politik dunia menjadi panggung penderitaan pribadi.

Dengan cara ini, Akelli menyatukan skala besar—perang, ideologi, kekerasan—dengan skala kecil: seorang perempuan yang hanya ingin pulang dan tetap hidup. Kisah pribadi Jyoti menjadi cermin bahwa tragedi besar dunia selalu merampas kehidupan kecil yang sederhana.

Ada ironi yang terasa menusuk. Di saat berita dunia membicarakan strategi perang, ekonomi minyak, atau perebutan wilayah, ada manusia-manusia kecil yang sekadar berjuang untuk hidup sehari lagi. Akelli berhasil menangkap ironi ini dan menempatkannya di layar lebar.

Akting dan Atmosfer yang Membekas

Salah satu kekuatan film ini ada pada penampilan Nushrratt Bharuccha. Ia berhasil menampilkan spektrum emosi yang luas: ketakutan, keputusasaan, kemarahan, hingga keberanian. Transformasi karakternya terasa organik, membuat penonton bisa merasakan penderitaan sekaligus keberaniannya. Kritikus mungkin menilai plotnya lemah, tetapi hampir semua sepakat bahwa akting Nushrratt adalah nyawa film ini.

Sinematografinya juga berperan penting. Warna-warna kusam dan pencahayaan redup menggambarkan atmosfer Mosul yang penuh ancaman. Kamera sering mengikuti gerakan Jyoti dari dekat, menciptakan rasa terjebak yang sama dengan yang dialaminya. Beberapa adegan sunyi—hanya nafas dan suara langkah—justru menjadi momen paling menegangkan, membuktikan bahwa ketakutan tak selalu harus hadir lewat ledakan atau baku tembak.

Sebuah Pesan tentang Harapan

Meski mendapat kritik karena alur cerita yang kadang terasa terlalu dramatis, Akelli tetap menyisakan pesan yang menggugah. Bahwa di tengah kobaran perang dan kesendirian yang menusuk, selalu ada peluang untuk bertahan hidup. Dan bahwa keberanian seringkali lahir bukan dari kekuatan fisik, melainkan dari tekad untuk kembali pulang.

Akelli mungkin bukan film dengan plot paling rapi, tetapi ia membawa sesuatu yang jarang ditawarkan Bollywood: sebuah kisah survival yang digerakkan oleh kekuatan seorang perempuan biasa. Nilai uniknya terletak pada perjalanan kesendirian—sebuah metafora tentang bagaimana manusia, bahkan dalam keterbatasan, bisa menemukan keberanian untuk melawan.

Dengan begitu, film ini lebih dari sekadar thriller; ia adalah pengingat bahwa “sendiri” bukan selalu berarti kalah, melainkan bisa menjadi awal untuk menemukan kekuatan yang tak pernah kita sadari sebelumnya.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here