Aktivitas Tambang Meningkat, Kesejahteraan Masyarakat Menurun: Energi Terbarukan Masih Jadi Mimpi Indonesia
Aktivitas Tambang Meningkat, Kesejahteraan Masyarakat Menurun: Energi Terbarukan Masih Jadi Mimpi Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk mineral dan batu bara. Dalam beberapa dekade terakhir, aktivitas tambang di berbagai daerah terus mengalami peningkatan, terutama di wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Ironisnya, di tengah geliat industri pertambangan yang semakin masif, kesejahteraan masyarakat lokal justru stagnan bahkan menurun.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: untuk siapa sesungguhnya keuntungan tambang itu mengalir? Di sisi lain, ketika dunia mulai beralih ke energi terbarukan, Indonesia tampaknya masih tertinggal. Mimpi besar menuju energi bersih masih jauh dari kenyataan.

Tambang Menjamur, Rakyat Tak Makmur

Banyak daerah penghasil tambang justru menjadi wilayah dengan indeks pembangunan manusia (IPM) yang rendah. Infrastruktur minim, kualitas pendidikan tertinggal, dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai menjadi realita yang kontras dengan kekayaan alam di bawah tanah mereka.

Alih-alih menyejahterakan masyarakat, industri tambang justru kerap membawa dampak negatif seperti kerusakan lingkungan, pencemaran air dan udara, konflik lahan, hingga hilangnya mata pencaharian tradisional. Proses eksploitasi sumber daya alam ini seringkali lebih menguntungkan korporasi dan elit politik dibanding masyarakat sekitar.

- Poster Iklan -

Sebagai contoh, banyak warga di wilayah tambang yang harus menghadapi banjir akibat rusaknya daya serap tanah, atau kehilangan akses ke air bersih karena sungai tercemar limbah tambang. Akibatnya, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat semakin terpinggirkan.

Energi Terbarukan: Harapan yang Masih Jauh

Di tengah krisis iklim global, banyak negara mulai meninggalkan energi fosil dan beralih ke energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan biomassa. Sayangnya, di Indonesia, pengembangan energi terbarukan masih sangat terbatas.

Padahal, Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan energi bersih. Potensi energi surya mencapai lebih dari 200 GW, energi angin sekitar 60 GW, dan energi hidro sekitar 75 GW. Namun hingga kini, kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional masih di bawah 15%.

Hambatan utamanya meliputi kurangnya investasi, kebijakan yang tidak konsisten, dan dominasi industri energi fosil. Proyek-proyek energi terbarukan sering kali tersendat karena kalah saing secara politik dan ekonomi dibanding proyek batu bara atau minyak.

Kesenjangan Energi dan Keadilan Sosial

Ketergantungan Indonesia pada energi fosil, terutama batu bara, tidak hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga memperparah kesenjangan sosial. Wilayah yang menjadi lokasi tambang cenderung mengalami eksploitasi besar-besaran, sementara manfaat ekonominya tidak merata.

Di sisi lain, transisi ke energi terbarukan bisa menjadi solusi untuk mendorong kesejahteraan yang lebih adil dan berkelanjutan. Energi bersih dapat membuka lapangan kerja baru, meningkatkan akses listrik di daerah terpencil, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Namun, tanpa kemauan politik yang kuat dan kesadaran publik yang tinggi, energi terbarukan akan tetap menjadi mimpi di atas kertas.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas tambang belum sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan sering kali justru memperburuk kondisi hidup masyarakat lokal. Sementara itu, energi terbarukan, yang seharusnya menjadi masa depan, masih jauh dari prioritas pembangunan nasional.

Indonesia harus segera mengambil langkah strategis: membatasi eksploitasi tambang yang merusak, memperbaiki distribusi manfaat ekonomi, dan mengakselerasi pengembangan energi bersih. Mewujudkan energi terbarukan bukan sekadar mimpi, tetapi kebutuhan nyata demi masa depan bangsa yang lebih adil dan berkelanjutan.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here