Aku Bersihkan Lapangan Itu
Aku bersihkan lapangan itu
Sebab hati anak anak tumbuh disitu
Ia adalah langkah kaki
yang dinanti matahari
Ilalang dan semak semak
dapat menyesatkan arah
ular dan hewan berbisa
Mengincar langkah gerak kecil di dada
Aku bersihkan lapangan itu
Sebab kanak kanakku, kanak kanakmu sudah mati
Meninggalkan keluh
Geram dan dendam bara api
Kau Masih Menyanyi
Kau masih menyanyi
Nadamu menyeret hari hari rontok berdebu
Di panggung, melankoli lembab oleh waktu
yang kau sampirkan ke pundakku
Suaramu terbang
meniti ingatan
meliuk serupa pipit
di daun jambu
depan jendela itu,
menata sarang dan doa teguh
mencatat ketabahan daun di lembar musim hatimu
Setelah Bisa Membaca dan Menghitung
Setelah bisa membaca dan menghitung
Aku mengerti luas sawah dan usia bapak
Dengan jemari gemetar, ku catat
angka angka tahun dan batuk yang bertumbuh
Bau walang sangit dan hama wereng di leher bapak
seperti medali lomba ketahanan pangan
Yang tak pernah menang
Kulit temanku bersih setelah belajar mandi di sekolah
tidak seperti bapak, ibu
dan saudara saudra tua di foto di ruang tamu.
Di sana, kaki mereka menyimpan jejak ingatan terpotong waktu
Yang kabur di buku catatanku