Esensi Membaca Buku
https://www.pexels.com/photo/person-reading-book-and-holding-coffee-1550648/

Pendidikan kita selalu menekankan pentingnya membaca buku. Pernahkah kamu berpikir apa sih esensi membaca buku?

Bagi sebagian orang, memang, membaca buku adalah kegiatan yang menyenangkan. Namun tidak bagi mereka yang cenderung suka di lapangan (orang lapangan). Bagi mereka membaca buku aktivitas yang sangat membosankan; harus duduk mendekam dan berkutatan jilidan kertas di tangan. Bahkan sekadar membaca satu-dua halaman saja sudah membuat mata ingin beranjak. Tidak ada satu pun isi yang masuk ke kepala.

Orang-orang seperti itu terkadang menilai bahwa membaca buku memang kurang cocok bagi mereka. Melihat video di kanal youtube jauh lebih efektif dan menyenangkan. Tidak perlu bersusah payah mencari halaman per halaman, tinggal mengetik di “mbah google” saja sudah aman. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri jika membaca menjadi kebutuhan wajib yang masih diperlukan. Mengapa demikian?

Ilustrasi bekerja bersama buku

Membaca buku memang tidak menjadi tolak ukur akan kesuksesan seseorang. Masih butuh banyak praktik dan pengalaman. Dengan hanya membaca buku saja tidak akan meningkatkan keterampilan yang dimiliki, sebab perlu mencoba berkali-kali. Meski dalam perjalanannya akan jatuh-bangkit berulang kali.

- Poster Iklan -

Kendatipun begitu, membaca buku memang bukan untuk membuat seseorang pintar dengan berbagai pengetahuan yang telah diserapnya. Bukan pula menjadikan seseorang menjadi sukses dan memiliki banyak harta. Lalu, apa esensi membaca buku yang sebenarnya?

Ada sebuah cerita menarik berdasar salah satu jawaban atas pertanyaan serupa di Quora. Kisah seorang guru dan murid yang tiba-tiba datang padanya untuk bertanya. Murid itu mengeluh sebab ia tak mengingat isi buku yang telah dibacanya. Guru itu tidak menjawab dan hanya tersenyum padanya.

Beberapa hari kemudian, ia menjawab dan memberi sebuah saringan kepada murid itu. Ia pun meminta kepada murid itu untuk membawa air dari sungai terdekat dengan menggunakan saringan itu. Sang murid yang tak bisa menolak permintaan gurunya pun pergi ke sungai dan mengambil air menggunakan saringan.

Beberapa langkah dari sungai, air dalam saringan habis tak tersisa, melewati lubang-lubang kecil. Ia pun berbalik dan mengambil air kembali. Namun, hal yang sama terulang kembali dan begitu seterusnya. Murid yang polos itu pun menyerah dan berkata pada gurunya bahwa ia tak bisa membawa air sungai dengan saringan tersebut.

Membaca buku sejak dini

Sang guru tersenyum dan menjelaskan maksud sebenarnya dari tugas tersebut, beginilah jawabannya. Saringan itu ibarat pikiran, air ibarat pengetahuan, dan sungai adalah buku. Meski tidak mengingat apapun ketika membaca buku, tetapi pikiran akan lebih tajam dari sebelumnya. Membaca buku tidak membuat orang cerdas dalam sekejap, namun memberi efek panjang dalam pikiran dan otak. Itu merupakan proses alam bawah sadar manusia.

Dari cerita tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa esensi sebenarnya dari membaca buku adalah untuk meningkatkan ketajaman otak untuk berpikir dan menganalisa. Memang buku tidak akan menambah pengalaman lapangan yang dapat membantu dalam mencapai kesuksesan, sebab kehadirannya berasal dari pengalaman orang lain yang hanya dapat diketahui dan dipelajari.

Ibarat ketika memilih menu dari puluhan pilihan yang tersedia. Satu jenis masakan tentu tidak cukup, sebab kita pasti ingin mencoba semuanya. Membaca buku hanya sampai pada tingkatan “mencicipi rasa dari berbagai jenis masakan”, belum pada tingkatan lebih dalam seperti bumbu apa yang dipakai, bagaimana cara memasaknya, dan seterusnya.

Begitulan sekiranya penjelasan singkat mengenai esensi dari membaca buku. Kurang lebihnya dari pendapat yang disampaikan, saya masih manusia yang selalu luput dari sempurna. Semoga bermanfaat.

- Cetak Buku dan PDF-

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here