Hari ini, siapa yang tidak punya media sosial? Sepertinya hampir semua generasi millenial memiliki media sosial. Di era ini, pengguna media sosial berasal dari segala kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Bermedia sosial pun sudah menjadi keseharian, karena isi konten media sosial sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kita dapat menikmati konten-konten tersebut di beragap aplikasi, seperti Instagram, Twitter, Tik-Tok, dan lainnya serta kemungkinan akan terus bertambah seiring perkembangan zaman.
Media sosial membuat kita dapat berkomunikasi dengan sesama pengguna lainnya. Tak pandang bulu, media sosial mendekatkan yang jauh dan diharapkan merekatkan yang dekat. Kehadiran media sosial di era ini banyak memberikan manfaat. Tak hanya itu, kita jugaa dapat berbagi cerita, foto, dan video.
Kebebasan dalam bermedia sosial berpotensi dapat disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dan kurang memahami etika dalam ber medsos. Tidak jarang kita temukan media sosial digunakan unuk menipu sesama pengguna lainnya dan bahkan media sosial digunakan sebagai ujaran kebencian.
Saat ini, ujaran kebencian atau hate speech sudah banyak merebak di media sosial, hingga ada yang berakhir di atas ring tinju. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu saat Jeffri Nichol menantang orang yang memberikan hate speech terhadapnya untuk melakukan adu jotos.
Kronologi kejadian dimulai dari cuitannya yang berisi keresahan akan penyebaran film yang ia perankan. Dari cuitan tersebut, Jeffri sempat diserang oleh netizen. Komentar yang menyerang Jeffri mengatakan bahwa Jeffri Nichol hanya omong kosong, dan akun yang bernama @keanupahlevi ikut berkomentar di cuitan Jeffri. Jeffri pun tidak terima dan mengajak @keanupahlevi duel di atas ring. Pemilik akun @keanupahlevi pun menerima ajakan duel Jefri Nichol.
Selain itu, pertarungan lain terjadi antara El Rumi dan Winson Renaldi. Bermula dari saling sindir di media sosial, El Rumi tidak terima orang tuanya dihina. AKhirnya, sindir-menyindir pun berlanjut hingga Winson mengajak El Rumi duel tinju di ring.
Sindir menyindir di media sosial bukan hal yang tabu lagi. Memang media sosial memberi banyak dampak positif pada kehidupan kita, tapi dampak negatif pun tak sedikit. Untuk mengurangi penyalagunaan media sosial, pemerintah sudah mengeluarkan Undang-undang Informasi dan Trasaksi Elektronik (UU ITE).
UU ITE mengatur tentang bermedia sosial terdapat pada pasal 27 sampai pasal 30. Lantas mengapa mereka (Jeffri Nichole, Keanupahlevi, El Rumi dan Winson Renaldi) lebih memilih diselesaikan di atas ring? Apakah sanksi yang diberikan dalam UU ITE kurang membuat efek jera?
Masih belum pasti alasan mengapa mereka lebih memilih menyesaikan masalah di atas ring. Yang pasti itulah cara pilihan mereka agar masalah terselesaikan.
Dari kejadian mereka, kita dapat simpulkan bahwa kebijakan perlu dimiliki dalam menggunakan media sosial. Untuk pengguna di luar sana, gunakanlah media sosial dengan baik dan benar. Baik dan benar yang dimaksud dapat berupa penggunaan bahasa yang komunikatif tanpa menyakiti pihak manapun. Dengan begitu, kita dapat meminimalisir konflik-konflik yang tak penting dan tak perlu terjadi.
Selain itu, pahami berita dan cari kebenarannya terlebih dahulu agar tidak salah menangkap informasi. Tak kalah penting, kita patut menghargai dan mengapresiasi karya orang lain.
Jika menyebarkan informasi dalam bentuk foto, teks, atau video milik orang lain, biasakan untuk menyebutkan sumbernya sebagai bentuk apresiasi atas karya seseorang. Jangan membiasakan diri untuk langsung menyalin dan menempel tanpa mengonfirmasi sumber informasinya.
Di era digital, jangkauan masyarakat tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga secara virtual. Untuk itu, penting bagi pengguna media sosial untuk memahami bahwa etika media sosial perlu diterapkan.
Dalam mengoptimalkan etika komunikasi media sosial, saran yang bisa dilakukan adalah semua institusi dapat memberikan bimbingan yang tepat tentang komunikasi media sosial, karena semua orang ingin berkomunikasi kapan saja, dan di manapun mereka berada.