Saat kita mendengar nama grup musik pop Korea (K-Pop) bernama BTS?  Yang terbayang biasanya konser megah, koreografi sempurna, dan fandom yang sangat fanatik dan aktif. Tetapi apakah Anda tahu ada sesuatu menarik dibalik itu semua?  Ada strategi budaya besar yang sedang dimainkan Korea Selatan (Korsel).

Musik K-Pop, yang dulu hanya dianggap fenomena hiburan Asia, kini telah menjelma menjadi senjata diplomasi global. Dari K-Pop ke dunia bukanlah sekadar sensasi. Melainkan potret nyata bagaimana musik populer digunakan untuk membangun pengaruh politik dan budaya di dunia. Ada kekuatan sotf power di baliknya.

Soft power adalah  istilah yang diperkenalkan Joseph Nye, seorang ilmuwan politik Amerika Serikat. Istilah itu merujuk pada kemampuan sebuah negara untuk menarik dan memengaruhi melalui budaya, nilai, dan ide, bukan lagi dengan kekuatan militer.

Korsel tentu menyadari akan hal ini. Sampai-sampai pemerintah berinvestasi besar dalam industri hiburan dan budaya. Dari musik, drama, hingga film dan kuliner. Apa hasilnya? Lihat saja, tahun 2021, ekspor industri kreatif Korea mencapai 12,4 miliar dolar AS. Angka tersebut melampaui sebagian industri tradisional. Lebih dari 600 ribu orang bekerja di sektor ini, menjadikannya salah satu motor ekonomi baru Korea.

- Poster Iklan -

Kasus BTS

BTS adalah contoh paling jelas dari bagaimana K-Pop dipakai sebagai diplomasi budaya. Grup beranggotakan tujuh orang ini bukan hanya bintang pop global, melainkan juga duta resmi Korea. Pada 2021, Presiden Moon Jae-in menunjuk BTS sebagai Special Presidential Envoys for Future Generations and Culture. Keren bukan?

Dengan peran ini, mereka membawa pesan Korea ke dunia internasional. Tidak main-main, BTS bahkan berbicara langsung di forum bergengsi PBB. Misalnya, menyampaikan isu perubahan iklim dan vaksinasi COVID-19. Pidato mereka di Majelis Umum PBB ditonton lebih dari satu juta orang melalui kanal resmi PBB di YouTube. Bayangkan, sebuah boyband pop mampu menarik audiens global untuk mendengar pesan politik dan sosial.

Dampak tidak hanya mengenalkan Korea pada dunia dengan cara unik yakni lewat musik.  Ekonomi Korea ikut terdongkrak. Kontribusi BTS terhadap perekonomian Korea diperkirakan mencapai sekitar 0,5 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) atau pendapatan bruto. Angka ini mencakup efek berantai berupa meningkatnya pariwisata, penjualan produk budaya, dan minat global terhadap bahasa Korea.

Tidak hanya musik, tapi seluruh paket “K-Culture” ikut terangkat. Pada 2024, nilai ekspor konten budaya Korea menembus 13,6 miliar dolar AS. Dari angka itu, musik menyumbang 13,6 persen (sekitar 1,85 miliar dolar). Data ini membuktikan bahwa K-Pop bukan sekadar tren hiburan, melainkan komoditas strategis dalam perekonomian sekaligus diplomasi.

Kasus-kasus nyata diplomasi budaya ini mudah ditemukan. Selain pidato di PBB, tur konser BTS di berbagai belahan dunia mendatangkan dampak ekonomi besar. Konser mereka di Wembley, London, bukan hanya soal tiket dan merchandise, tetapi juga pariwisata. Fans dari berbagai negara rela datang, menginap, belanja, dan berwisata, memberi keuntungan besar bagi penyelenggara maupun daerah setempat.

Di Korea sendiri, lonjakan wisatawan asing yang ingin “merasakan” budaya BTS sudah menjadi fenomena. Banyak turis datang untuk mengunjungi tempat syuting video musik, membeli merchandise resmi, hingga mencoba makanan yang dikonsumsi para idol.

Dampak lain yang menarik apalagi jika bukan peningkatan minat terhadap bahasa Korea. Ribuan penggemar di seluruh dunia mulai belajar untuk memahami lirik asli lagu. Aplikasi belajar bahasa mencatat lonjakan besar pada kursus bahasa Korea sejak kepopuleran BTS dan BLACKPINK mendunia. Hal ini menunjukkan bahwa diplomasi budaya bisa berjalan secara organik, tanpa paksaan. Mengapa? Karena fans secara sukarela ikut menyebarkan bahasa dan budaya negara tersebut.

Citra positif Korea juga terangkat di panggung internasional. Laporan Brand Finance menyebut bahwa Korea kini masuk tujuh besar dunia dalam kategori seni dan hiburan. Itu berarti berada di posisi sembilan dalam pilar budaya dan warisan. Gelombang budaya Korea (hallyu wave)  diakui sebagai salah satu faktor pendorong. BTS menjadi wajah global yang membawa Korea tampil sebagai negara modern, kreatif, dan penuh energi.

Kekhawatiran

Keberhasilan Korea dengan K-Popnya tentu membuat khaawatir negara-negara Barat.   Dominasi musik global yang selama puluhan tahun dikuasai oleh Inggris dan Amerika kini mulai tergeser. Lagu non-Inggris pernah merajai tangga lagu dunia. Pada akhirnya, grup-grup dari Asia dan Amerika Latin berhasil memecahkan rekor streaming dan penjualan.

Dalam hal itu, K-Pop menantang standar lama tentang siapa yang berhak memimpin industri hiburan. Selain itu, nilai-nilai yang dibawa K-Pop — seperti solidaritas, kesehatan mental, dan kepedulian lingkungan — memperluas pengaruh sosial budaya Korea. Dengan masuknya artis K-Pop ke forum resmi dunia, seperti PBB, maka hiburan berubah menjadi alat diplomasi nyata.

Fakta baru bahwa K-Pop, dengan BTS sebagai pionir, telah menjadi salah satu diplomasi budaya paling efektif di era globalisasi. Dari konser ke forum internasional, dari lirik lagu ke kebijakan pemerintah, K-Pop memperlihatkan kekuatan budaya sebagai alat diplomasi. Barat mungkin terganggu dengan perubahan peta kekuasaan budaya ini, tetapi bagi Korsel, inilah momen emas untuk menunjukkan bahwa kekuatan budaya bisa sama efektifnya dengan kekuatan politik dan ekonomi.

Perjalanan BTS dari panggung musik hingga podium PBB menjadi bukti bahwa diplomasi budaya tidak lagi terbatas pada film atau seni tradisional. Musik pop, fandom digital, dan pesan universal yang dibawa artis bisa menjelma menjadi bahasa diplomasi baru. K-Pop telah membuktikan bahwa di dunia modern, budaya populer bukan hanya soal hiburan semata. Ia juga tentang bagaimana sebuah negara membangun citra, memengaruhi, dan meraih posisi strategis dalam geopolitik global.

BTS menjelma menjadi bahasa diplomasi Korea di dunia. Saat BTS bicara, dunia bukan lagi mendengar, tetapi mulai cemas.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here