“Di mana bumi dipijak di sana adat dijunjung”
Quotes di atas adalah petuah lama yang selalu hidup dalam setiap denyut nadi orang Minangkabau. Ranah bundo ini tidah hanya memiliki lukisan alam yang memukau, kaya isi alam dengan letak geografis yang unik, juga kaya dengan jiwa dan adat yang tak lakang di paneh dan tak lapuak di hujan. Yaitu, adat dan budaya yang tidak tergerus oleh pengaruh zaman, dalam artian adat dan budaya Minangkabau yang tetap pada pendiriannya dan tidak pernah berubah.
Apa saja adat dan budaya Minangkabau yang tak berubah itu? Tentu banyak sekali karena budaya yang hidup dalam masyarakat Minangkabau adalah sebuah cerminan kehidupan yang dari dulu tetap dilaksanakan oleh masyarakatnya. Walaupun di tengah modernitas, prinsip ini menjadi jangkar agar budaya tidak kehilangan arah dan nilai-nilai tetap hidup seiring perkembangan zaman.
Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi yang melahirkan banyak tokoh nasional, bukan hanya sebuah provinsi yang kaya akan seni dan kuliner saja, tetapi juga sebagai sebuah tempat dimana budaya menjadi acuan dan cahaya yang menuntun langkah masyarakatnya. Cahaya yang tidak pernah redup meskipun zaman terus bergulir.
Ranah Minang tidak hanya tanah kelahiran namun juga tanah yang menjaga setiap warisan budaya dengan penuh cinta dan kesetiaan. Dunia terus bergerak cepat, namun adat dan budaya Minangkabau tetap berdiri kokoh seperti rumah gadang dengan gonjongnya yang menjulang tinggi, memandang zaman dengan kebijaksanaannya.
Budaya yang ada bukan hanya peninggalan, namun menjadi pegangan. Di sini adat bukan hanya sekadar cerita lama namun ia hidup, tumbuh dan menuntun arah kehidupan masyarakatnya. Budaya Minang bukan dilihat dari pakaian adat, tarian, dan alat musik saja, banyak hal yang menjadi cerminan kepribadian bagi penduduknya.
Sebut saja budaya matrilineal, adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, rumah gadang, dan budaya merantau bagi orang Minangkabau saat ini masih menjadi pegangan. Semua ini menjadi denyut nadi bagi setiap individu dan darah yang mengalir pada masyarakat Minangkabau. Berikut kita ulas beberapa budaya unik yang masih mengakar dan tak pernah pudar digerus zaman.
Minangkabau tidak hanya sebuah nama yang mengalun indah di telinga, bukan sekadar merujuk pada sebuah wilayah geografis di Sumatera Barat, Indonesia. Lebih dari itu, Minangkabau adalah sebuah entitas budaya yang kaya, unik, dan telah teruji oleh waktu. Budayanya yang luhur, dengan falsafah hidup yang mendalam dan praktik sosial yang khas, telah membentuk identitas masyarakatnya dan memberikan kontribusi signifikan terhadap khazanah budaya bangsa Indonesia.
Sumatera barat bukan hanya tentang rendang dan rumah gadang, di balik semua yang indah itu, tersimpan sebuah warisan besar yang terus dijaga salah satunya adalah garis matrilineal. Yaitu sistem kekerabatan yang mengedepankan garis keturunan ibu sebagai dasar untuk menentukan hubungan kekerabatan dan pewarisan.
Dalam sistem ini, anak dianggap sebagai pewaris dari garis keturunan ibu dan pewaris harta serta hak biasanya dilakukan melalui garis keturunan perempuan. Dalam sistem ini, perempuan memiliki peran sentral dalam keluarga dan masyarakat, mereka menjadi pewaris utama rumah gadang (rumah adat) dan tanah pusaka.
Adapun peran perempuan Minangkabau tidak hanya berperan sebagai ibu dan istri, tetapi juga sebagai pemegang kunci kelangsungan garis keturunan dan penjaga harta pusaka. Mereka memiliki hak untuk mengambil keputusan penting terkait keluarga dan kaumnya. Sistem ini memberdayakan perempuan dan memberikan mereka posisi yang kuat dalam struktur sosial masyarakatnya.
Perempuan sebagai pewarisan harta pusaka yang meliputi rumah gadang, sawah, dan ladang. Harta pusaka ini adalah harta pusaka tinggi yang didapatkan dari leluhur masa lalu. Sementara laki-laki memiliki hak untuk menggunakan harta tersebut, namun kepemilikannya tetap berada di tangan perempuan. Sistem ini memastikan keberlangsungan ekonomi keluarga dan kaum dari generasi ke generasi. Sistem matrilineal ini membentuk pola hubungan kekerabatan yang unik.
Hubungan antara ibu dan anak perempuan sangat kuat, sementara peran mamak (paman dari pihak ibu) menjadi sangat penting dalam kehidupan seorang laki-laki, terutama dalam hal pendidikan dan penyelesaian masalah kaum. Jadi dalam masyarakat Minangkabau memegang teguh kebersamaan musyawarah dan mufakat mereka hidup seia sekata dan tidak ada sebuah keputusan yang diambil salah satu pihak saja. Semua dimusyawarahkan dan antara perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki peran penting dalam mengambil sebuah keputusan.
Selain sistem matrilineal budaya yang masih sangat melekat di ranah Minang adalah rumah gadang. Sebagai simbol keagungan budaya, rumah gadang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai tempat musyawarah dan tempat di mana keputusan penting diambil secara bersama.
Inilah salah satu contoh bagaimana budaya Minangkabau mengajarkan pentingnya kebersamaan, di mana suara setiap anggota keluarga, baik yang tua maupun yang muda, memiliki tempat yang sama pentingnya. Di Minangkabau, rumah gadang memiliki filosofi hidup, rumah ini bukan sekadar arsitektur megah nan khas saja, namun tercermin sebagai karakter hidup individunya.
Di rumah gadang ini tempat dilakukannya musyawarah, tempat ibu memegang peran utama sebagai penjaga keturunan dan tempat anak-anak diajarkan pentingnya menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Di bawah atap yang runcing melengkung seperti tanduk kerbau inilah, nilai-nilai kekeluargaan tumbuh subur walaupun zaman terus berganti.
Nilai kebajikan yang akan mengakar bagi setiap anak Minagkabau diajarkan di sini. Seperti kato nan ampek, sumbang duo baleh dan berbagai nilai pendidikan dan aturan hidup bermasyarakat diberikan dalam tatanan kehidupan di rumah gadang ini. Bentuk arsitektur rumah gadang memiliki makna filosofis yang mendalam. Atap gonjong melambangkan tanduk kerbau, mengingatkan pada legenda asal-usul nama Minangkabau.
Ukiran-ukiran yang menghiasi dinding rumah juga memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan alam dan nilai-nilai budaya masyarakat Minagkabau. Seperti kaluak paku kacang balimbiang, itiak pulang patang, pucuak rabuang, motif ukiran siriah gadang, ramo-ramo sikumbang jati dan banyak lagi nama motif lainnya.
Ukiran pada dinding rumah gadang ini mengandung nilai budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Inilah cahaya Ranah Minang dalam denyut zaman, tidak padam oleh waktu, tidak usang oleh teknologi. Selama rumah gadang tetap berdiri, selama adat tetap dijunjung, dan selama langkah rantau tetap membawa pulang nilai, maka budaya Minangkabau akan tetap abadi sebagai cahaya yang menuntun generasi hari ini dan esok yang akan datang