Pada awal Desember 2024 saya berkunjung ke pemukiman masyarakat adat Baduy Dalam yang berada di pedalaman kota Lebak, Banten. Bagi saya, perjalanan ini adalah bagian dari proses pembelajaran budaya, nilai luhur, dan cara merawat tradisi. Banyak informasi berseliweran di media terkait masyarakat Baduy yang saya dapatkan sebelum berkunjung, hal ini membuat saya memiliki banyak pertanyaan yang semakin menumbuhkan rasa penasaran. Selanjutnya, tulisan ini akan mencantumkan informasi yang saya dapatkan langsung dari tuan rumah tempat saya bermalam.
Pikukuh Karuhun: Pedoman Adat yang Dianut untuk Menghargai Leluhur dan Alam
Lampu petromak di sudut ruangan menjadi satu-satunya penerangan yang menemani malam Minggu saya dan tim. Informasi mengenai tidak terbukanya masyarakat adat Baduy Dalam terhadap listrik benar adanya, pun dengan penggunaan alat elektronik. Tidak ada suara selain suara jangkrik dan teriakan burung Kowak dalam heningnya malam. Kami bermalam di rumah ayah Agus, begitu kami diajari, memanggil ‘Ayah’ pada tuan rumah lelaki dan ‘Ambu’ ketika memanggil tuan rumah perempuan. Tepat di belakang rumah ayah Agus, terdapat sungai yang cukup lebar dengan aliran yang lumayan deras. Suara aliran sungai semakin menambah syahdunya malam ini. Kami duduk melingkar untuk berbincang hangat dengan tuan rumah, di sisi lain ambu sedang memasak untuk makan malam kami.
Rumah masyarakat suku Baduy Dalam dalam kacamata saya sangat persis satu sama lain, kecuali letak tungku, pembagian petak ruangan, serta tingginya tangga depan rumah yang menyesuaikan dengan kebutuhan. Karena kesamaan ini juga, pada esok harinya-sesaat setelah memasuki waktu subuh (dengan perkiraan waktu atas lokasi yang tidak berbeda jauh dengan Jakarta) setelah mencuci muka ke sungai, saya dan satu teman saya kembali pulang. Kami bingung ketika formasi tidur dan letak tungku dapur berubah. Dalam keadaan cenderung gelap, teman-teman di rumah itu menunjukkan kami jalan, namun kemudian kami sadar kalau mereka bukan tim kami. “Maaf salah rumah, maklum mati lampu” saya mencoba merespon dengan sopan, namun disambut gelak tawa dari mereka.





















