Banyak orang bertanya-tanya, mengapa Korean Kop (K-Pop) sangat masif perkembangannya akhir-akhir ini? Jika dahulu orang bicara melulu tentang musik Barat (Amerika dan Inggris), saat sekarang sulit kiranya membahas musik tanpa menyebut K-Pop. Musik K-Pop seperti oksigen yang dihirup dan menjadi kebutuhan generasi muda. Coba buktikan saat di kafe, pusat perbelanjaan atau kampus yang ada generasi muda. Tanyakan ke mereka. Jawabannya tentu akan luar biasa.

Tetapi banyak orang tidak banyak tahu mengapa musik K-Pop bisa menyebar ke seluruh dunia? Coba simak data-data yang sudah ada.

 

Data Bicara

Lihat saja data dari The Ministry of Culture, Sports, and Tourism Korea pada  tahun 2024. Kementrian itu pernah mengadakan survei yang menghasilkan 68,8% menyatakan menyukai konten budaya Korea yang telah dinikmati. Indonesia menduduki posisi paling atas ketertarikan pada budaya Korea (86%). Menyusul India (84,5%), Thailand (83%), Uni Emirat Arab (83%) dan Vietnam (82,9). Sementara jika kita bicara musik-musik favorit di Indonesia, K- Pop menduduki posisi ke 3 populer (26%). Di atasnya ada musik pop (71%) dan dangdut (34%).

- Poster Iklan -

Lalu untuk pasar K-Pop di berbagai negara, Indonesia menduduki posisi paling tinggi, menyusul Amerika Serikat, Filipinia, Korea Selatan, Thailand, Brasil, India, Malaysia, Jepang, dan Vietnam. Yang menarik Indonesia menjadi lahan empuk penyebaran K-Pop.

Video Youtube Blackpink (grup K-Pop) sangat populer di Indonesia dan India. Total penonton mencapai 8% dari total views mereka. Grup BTS juga begitu, penontonnya banyak. Di Jepang mencapai 10%, lalu India (9%) dan Indonesia (6%) dari total penonton semua jenis musik. Menyebar deras, bukan? Coba lihat data penonton K-Pop di Spotify. Single “Yet to Come” dari BTS sangat populer diputar di Amerika (14%). Lalu ada India (9%) menyusul Indonesia (7%).

Fakta lain, konser di luar Korea melonjak sebesar 25% dalam satu tahun. Contoh konser online “Cultural Humanity” (SM Entertainment) saja menarik 35,8 juta penonton dari 186 negara. Ngeri kan? Perkembangan fandom juga meningkat tajam diperkirakan mencapai 25 juta. ARMY (fans BTS) lebih dari 30 juta orang. Streaming spotifynya tembus 1 juta miliar per  bulan.

 

Mengapa Deman K-Pop?

Mengapa K-Pop menyebar begitu massif dan cepat? Coba sama-sama kita simak mengapa itu bisa terjadi. Pertama, musik K-Pop populer dan cepat tersebar karena didukung pemerintah Korea Selatan (Korsel). Sejak awal 2000an pemerintah sadar budaya menjadi komoditas ekspor yang berbiaya ringan. Budaya populer tidak membutuhkan insfrastruktur yang memakan biaya tinggi. Pemerintah mendorong industri musik hiburan itu untuk go internasional melalui kebijakan Hallyu Wave (gelombang Korea). Hasilnya? Data Korea Foundation tahun 2022 membuktikan ada sekitar 178 juta penggemar Hallyu  (K-Pop, drama, budaya korea lain) di 118 negara. Sekali lagi dukungan pemerintah penting. Toh nanti pemerintah juga akan mengambil keuntungan juga.

Kedua, musik yang catchy (menarik) dan nendang banget. Misal coba dengarkan lagu BTS seperti “Dynamite” atau “Butter”. Ada lagi Blackpink dengan lagu “Pink Venom” atau “How You Like That” yang membuat pendengarnya otomatis akan bergoyang. Musik K-Pop menarik karena memadukan melodi pop internasional, hip-hop dan sentuhan Electronic Dance Music (EDM), bahkan Balada. Itu semua menarik pendengaran orang Jerman, Brasil, Indonesia, Filipina dan negara lain. Lihat pula koreografinya. Kompak, fashion yang trendi, sampai konsep video musik dikemas secara totalitas. Nah musik BTS (“Boy Wiyh Luv”) sempat mencapai 74,6 juta penonton. Hanya dalam 24 jam pertama di Youtube.

Ketiga, dukungan media sosial. Media sosial ibarat roket  bagi K-Pop. K-Pop melalui Youtube, Tiktok, Instagram, Twitter membuat K-Pop melesat dengan cepat. Data twitter (sekarang X) pernah mencatat K-Pop menjadi salah satu topik paling banyak dibicarakan dengan 7,5 miliat tweet dalam setahun.

Itu hampir setara dengan 1 tweet penduduk bumi. K-Pop idol juga pintar memanfaatkan interaksi langsung mellaui V Live atau Weverse. Sampai-sampai penggemar dari Chile dan Arab (misalnya) merasa dekat dan seolah berteman langsung dengan idolanya Itu semua membuat fandom K-Pop menjadi loyal.

Keempat, fandom yang loyal dan solid. Bicara K-Pop tidak bisa lepas dari fandom. ARMY (fans BTS), Blink (fans Blackpink), NCTzen (fans NCT) dan banyak fandom lain terus tumbuh. Mereka ini tidak hanya sekadar mendengarkan lagu, tapi juga aktif membikin streaming party, noraebang atau (노래방) (menyanyi bareng), beli album, nonton konser sampai menggalang donasi untuk idola dan saran idolanya untuk keperluan kemanusiaan. ARMY pernah menggalang dana penanganan Covid-19 di India. Di Indonesia, Blink mengadakan donasi untuk korban bencana. Jadi K-Popers bukan sekadar fans, tetapi juga menjadi gerakan sosial global.

Kelima, kolaborasi global. K-Pop tidak menutup diri. Banyak grup yang menjalin kerjasama dengan musisi dunia. BTS misalnya pernah duet dengan Halsey, Coldplay dan Ed Sheeran. Blackpink berkolaborasi dengan Lady Gaga, Dua Lipa dan Selena Gomez. Kolaborasi itu memerkuat identitas K-Pop dan mendorong penyebarannya secara global.

Keenam, fenomena global lintas negara. Dampak K-Pop nyata di beberapa negara. Misalnya di Jepang Twice dan Seventeen pernah berhasil menguasai tangga lagu Oricon. Di Amerika BTS menjadi artis Asia pertama yang menduduki posisi no. 1 Billboard Hot 100. Di Indonesia, konser Blackpink di Gelora Bung Karno (GBK) pada tahun 2023 berhasil menarik puluhan ribu pentonton. Tiketnya saja ludes dalam hitungan menit. Di Brasil, Super Junior bahkan menjadi salah satu grup K-Pop paling berpengatuh sejak awal gelombang Hallyu.

Apa yang kemudian menjadi fenomena global atas perkembangan K-Pop? Ternyata penggemar tidak hanya menyukai K-Pop. Yang menarik berkembangnya budaya Korea. Mereka tidak hanya menyukai  K-Pop tetapi juga jatuh cinta pada budaya Korea (bahasa, makanan sampai gaya hidup). Contoh kecil, banyak penggemar yang akhirnya belajar bahasa Korea secera ringan hanya untuk mengetahui lirik tanpa terjemahan. Kursus bahasa Korea meningkat. Data King Sejong Institute (2021) mencatat lebih dari 244 ribu pelajar dari 82 negara belajar bahasa Korea secara resmi. Hebat bukan dampaknya?

K-Pop adalah fenomen global era digital. Dari K-pop kita bisa belajar bahwa musik menyatukan orang dari latarbelakang berbeda. Kombinasi musik, visual yang spektakuler, strategi media sosial hingga dukungan pemerintah membuat K-Pop menjadi komoditas ekspor terbesar Korsel ke seluruh dunia. Bagaimana dengan Indonesia?

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here