Malang — Dalam rangka memperingati Hari Literasi Nasional, Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Malang menyelenggarakan “Lomba Bertutur” yang diadakan di Togamas Dieng, Malang. Acara ini mengajak anak-anak untuk masuk ke dalam dunia sastra melalui budaya bertutur, sebuah tradisi lisan yang perlahan mulai jarang ditemui di tengah arus digitalisasi.
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan peserta dari jenjang SD dan SMP di berbagai kota di Jawa Timur. Sebanyak 25 siswa terlebih dahulu mengikuti tahap seleksi secara daring dengan mengirimkan video bertutur cerita rakyat. Dari seleksi tersebut, panitia memilih 10 finalis terbaik—lima dari tingkat SD dan lima dari tingkat SMP—yang kemudian tampil secara langsung di panggung final.
Dalam perlombaan tersebut, para peserta membawakan kisah-kisah rakyat yang bersumber dari buku terbitan Biru Langit. Cerita rakyat dipilih karena sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang penting bagi anak-anak. Melalui cerita-cerita tersebut, peserta tidak hanya ditantang untuk berani tampil dan menyampaikan alur cerita, tetapi juga diajak untuk merasakan pengalaman emosional para tokoh—baik suka, duka, maupun konflik yang dialami—sehingga melatih empati sejak dini.
Ketua HISKI Komisariat Malang, Dr. Dwi Sulistyorini, S.S., M.Hum., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya HISKI untuk menjadikan sastra lebih dekat dengan masyarakat, khususnya anak-anak. “Lewat lomba bertutur, anak-anak diberi ruang untuk berimajinasi sekaligus belajar mengekspresikan diri. Cerita rakyat tidak hanya menyenangkan, tetapi juga kaya akan nilai moral dan kearifan lokal yang dapat membentuk karakter mereka,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan ini juga dimanfaatkan HISKI Malang untuk meluncurkan program baru bertajuk HISKI Masuk Sekolah. Program tersebut akan menyasar institusi pendidikan dasar hingga menengah guna memperkenalkan karya sastra dan budaya literasi secara lebih luas. HISKI berharap dengan program ini, sastra tidak hanya dikaji di ruang akademik, tetapi juga menjadi bagian dari keseharian masyarakat, terutama generasi muda.
“Dengan masuknya HISKI ke sekolah-sekolah, kami berharap anak-anak semakin terbiasa dengan kegiatan literasi, baik membaca maupun bertutur. Sastra adalah medium yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan, dan kami ingin itu bisa dirasakan sejak usia dini,” tambah Dwi Sulistyorini.
Gelaran lomba ini juga direncanakan menjadi agenda tahunan HISKI Malang. Dengan demikian, semakin banyak anak dapat berpartisipasi dan mendapatkan pengalaman mendongeng, yang tidak hanya memperkuat kecintaan terhadap sastra, tetapi juga menghidupkan kembali tradisi bertutur yang menjadi bagian dari budaya bangsa.
Acara ini mendapatkan sambutan hangat dari peserta, orang tua, maupun masyarakat yang hadir. Antusiasme tersebut menjadi tanda bahwa sastra dan budaya tutur tetap memiliki tempat istimewa di hati publik. HISKI Malang optimis kegiatan serupa akan memperluas ruang gerak sastra di masyarakat, sekaligus meneguhkan literasi budaya di tengah generasi muda yang tumbuh di era serba digital.