Saat mengisi kolokium doktor saya mendapat pertayaan peserta. “Jika K-Pop itu berdampak negatif bagai generasi muda Indonesia, bagaimana cara melawannya?, “katanya. Pertanyaan sederhana tetapi tidak mudah untuk dijawab. Saya akan menjawab dengan kebijakan Korsel dalam melawan budaya asing dan mempopulerkan budayanya sendiri. Jadi kebijakan Korsel melawan budaya asing kita contoh atau pakai untuk menjawab bagaimana Indonesia melawan dampak negatif K-Pop.
Seperti diketahui, kolokium sendiri berarti pertemuan akademis yang bersifat ilmiah. Sering kali berfungsi sebagai seminar diskusi untuk membahas topik tertentu atau menyajikan hasil penelitian dosen-dosen. Juga untuk diseminasi (penyebarluasan) pemikiran dosen. Saya saya itu menyampaikan tema soal K-Pop karena disertasi doktor saya bicara soal itu.
Bisa Dilawan
Saat ini, penyebaran K-Pop seolah tak terbendung. Tak saja mendominasi tangga lagu global dan membanjiri platform streaming. Tetapi juga memengaruhi gaya hidup, bahasa, hingga pola konsumsi generasi muda di banyak negara. Namun, di balik hingar-bingar konser dan fandom yang massif apakah ada dampak negatifnya? Tentu ada.





















