Berapa data konsumen Kita dari kategori Biro Pariwisata? Saya menyampaikan pertanyaan itu pada Citra, salah satu crew yang bertanggung jawab pada komunikasi dan tata kelola data kontak konsumen di sebuah perusahaan persewaan Bus Pariwisata. Dengan cekatan, Citra cek di HP, dan sedetik kemudian, disampaikan angka, menjawab pertanyaan Saya, tentang jumlah data konsumen dari kategori Biro Pariwisata.
Kategorinya tentu saja banyak, ada biro pariwisata, ada OPD atau Dinas, ada jamaah pengajian, ada kampus, ada sekolah, ada juga grup warga.
Pengkategorian ini penting, karena dalam usaha sewa bus pariwisata, sangat erat kaitannya dengan momen. Kapan waktunya, kegiatan apa yang banyak dilaksana. Yang punya usaha di pariwisata, pasti sudah hafal, dalam setahun, bekerjanya praktis cuma 10 bulan. Hlo, kok begitu? Kenapa begitu? Karena ada 2 bulan yang dapat ditandai, sebagai bulan sepi se tiris-tirisnya. Ibarat tisu basah, diperas sampai melintir, tidak netes satu cairanpun.
Bulan itu adalah bulan Romadhon dan bulan Agustus. Ada yang tahu nggak faktor dan alasannya apa?
Sebaliknya, ada bulan bulan yang rame nya ugal ugalan, pol polan, sampai konsumen berebut memesan unit armada yang tersedia, bahkan sampai diberi tarif berapa-berapa, tetap akan disambar dan diambil tanpa ragu-ragu.
Maka ilmu apa yang perlu diperdalam? Tentu salah satunya adalah pengkategorian data konsumen. Hal ini akan menjadi dasar, konsumen mana, yang dapat diolah jadi orderan kapan? Kalau di dunia pertanian, ini kurang lebih mirip dengan penerapan pola tanam. Menanam apa dan kapan? Bagaimana merawatnya? Dan memiliki perencanaan, akan dipanen kapan?
Apalagi, sewa bus pariwisata adalah salah satu bisnis yang perilaku transaksinya, bukan perilaku impulsif. Tentu orang naik bus pariwisata tidak dalam urutan : gabut, kena konten, kemudian secara khilaf memesan satu armada untuk disewa. Perilaku konsumen sewa bus pariwisata, kurang lebih mirip-mirip dengan biro umroh. Keberangkatan yang terjadi di bulan ini, adalah buah atau hasil dari transaksi yang telah disepakati 2 bulan, 3 bulan, bahkan 6 bulan sebelumnya. Sebuah perjalanan yang terencana, rapi teragenda.
Dalam hal ini, salah satu fitur di WhatsApp Bisnis terasa berguna dan optimal fungsinya, yakni : label. Citra dituntut untuk rajin dan rapi melabeli beragam kontak ini sesuai kategori yang ditentukan. Beda label, beda warna, dan ketika ditanya atau diperlukan, tinggal cek dan panggil label kontak yang dimaksud.
Misalnya, 3 bulan lagi adalah akhir tahun, dengan trend yang liburan akhir tahun adalah kampus, kantor, dan sekolah. Maka tentu sejak bulan September atau Oktober, kontak dengan label tersebut mulai dipatroli, dibuka komunikasi, dan dipersuasi, agar lekas bergegas memilih, mengamankan, dan memesan armada yang dibutuhkan. Tentu pesan lebih awal, punya keistimewaan punya pilihan armada yang lebih banyak – lebih lengkap. Mau pilih tipe, mau pilih warna, masih leluasa.
Label juga berguna saat misalnya, membuka lowongan kerja, dengan komunikasi kandidat, lewat WhatsApp Bisnis. Pengalaman Saya, ini berguna sekali, apalagi saat mensortir, kandidat yang mana, sudah melengkapi rekrutmen sampai tahapan mana.
Membuat kasta konsumen? Dalam kebutuhan yang mendasar, label ini sudah cukup membantu. Misal ada konsumen yang belanja rentang 100 ribu sampai 500 ribu, dipisah dengan konsumen yang belanja 500 ribu sampai 1 juta, akan sangat memudahkan dalam proses bulanan crew admin sales dan admin CS, memeriksa, konsumen mana yang sudah belanja lagi dan dicatat sebagai repeat order, dan konsumen mana yang masih posisi siaga, saatnya belanja lagi, namun belum nampak hilalnya?