Peradaban adalah sebuah lagu dari band Feast yang diciptakan oleh vokalis grup, Baskara Putra. Band Feast dikenal seringkali mengangkat isu kemanusiaan dan konflik sosial dalam setiap lagunya. Lagu Peradaban ini memberikan kritik terhadap radikalisme dan gerakan yang mengancam nilai-nilai kemanusiaan, penolakan terhadap intoleransi, penyemangat untuk menyuarakan pendapat, kekuatan dari peradaban serta harapan untuk negara yang lebih baik. Peradaban menceritakan tentang seberapa kuat paham radikal yang ditanamkan tidak akan tertanam karena peradaban dan budaya Indonesia sudah jauh lebih lama ada dari paham yang mereka coba tanamkan sehingga peradaban Indonesia akan tetap lestari meskipun diterpa isu, budaya baru, atau paham baru.
Band Feast mengaku bahwa lagu Peradaban terinspirasi dari kekesalan mereka terhadap insiden bom di Surabaya yang terjadi pada tahun 2018 silam. Seperti dalam liriknya, “tempat ibadah terbakar lagi,” insiden ini terjadi di tiga gereja di Surabaya yang merenggut empat belas nyawa akibat radikalisme. Radikalisme atau yang dapat diartikan sebagai penggunaan kekerasan untuk mempromosikan ideologi tertentu dengan cara yang salah dan berujung pada konsekuensi yang fatal.
Pada bait pertama lagu, dijelaskan tentang betapa tingginya diskriminasi yang terjadi dan harga diri yang dinodai. Lalu disambung dengan kritik terhadap sikap intoleran karena adanya pihak yang masuk tanpa diundang, tidak menghormati budaya yang ada dan merugikan bahkan merusak tradisi serta nilai-nilai yang dihargai.
Sebagai orang-orang yang melihat konflik ini, kita diminta harus jujur, objektif, dan memiliki hati yang teguh agar tidak mudah terintimidasi maupun terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan duniawi. Namun, di sisi lain juga ditekankan dalam liriknya “yang patah tumbuh, yang hilang berganti,” dimaksudkan bahwa segala sesuatunya yang hancur dan hilang akan menjadi peluang untuk membangun kembali yang baru.
Chorus pada lagu menyoroti bahwa peradaban akan kekal abadi meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik secara fisik melalui kekerasan maupun secara moral melalui ancaman terhadap norma-norma yang dianut dan menganggap ada yang perlu ‘diobati’. Bagian chorus yang disajikan berulang kali memberikan kesan penekanan bahwa sekrisis apapun adab manusia dan peristiwa radikal yang terjadi, peradaban yang ada akan terus berputar dan berkembang menjadi hasil identitas negeri ini. Peradaban Indonesia juga akan selalu sembuh dan terus maju, tidak mudah patah dan terpengaruh oleh isu apapun yang menerpa.
Band yang beraliran rock ini juga membahas isu kemanusiaan yang ada di sekitar dengan memberikan gambaran tentang perbedaan manusia dalam menghadapi cobaan dan kritik. Disampaikan bahwa beberapa orang tidak mau menerima kritik dan tetap teguh pada prinsip juga pandangannya walaupun sudah menghadapi berbagai tekanan dan perlakuan yang tidak adil layaknya orang yang diludahi berkali-kali karena dianggap salah dan berbahaya. Sementara itu, beberapa lainnya justru selalu memaafkan kesalahan yang sama meskipun sudah mengalami penindasan dan penderitaan berulang kali.
Pentingnya menjaga keutuhan nilai-nilai pribadi menjadi makna dalam lirik “karena kehidupan tidak ternodai,” artinya hidup harus tetap bersih dan tidak mencemarkan prinsip-prinsip dasar yang sudah lama ditekuni. Setiap orang pastinya memiliki pandangan dan cara hidup yang berbeda-beda, tidak ada paksaan kepada siapa pun untuk selalu sepaham dengan orang lain.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, insiden bom di Surabaya yang menjadi inspirasi lagu ini menelan empat belas korban jiwa. Hal ini menjadi alasan lagu Peradaban menyampaikan kritik keras bahwa kematian merupakan tanggungan pribadi dan tidak dapat diwakili bahkan diakhiri oleh siapa pun. Kematian adalah akhir dari kehidupan individu yang menjadi milik perseorangan dan takdir yang akan mengatur kematian tersebut, bukan untuk diselesaikan oleh orang lain. Terlebih hal ini terjadi hanya karena perbedaan pandangan dan pemahaman.
Pada bait kesepuluh, dijelaskan bahwa budaya dan bahasa akan terus berputar dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Setiap orang memiliki haknya masing-masing dalam bertutur kata dan berpakaian. Pada bait ini juga, terdapat lirik yang cukup vulgar dan menjadi penekanan tentang pentingnya menjaga kebebasan berekspresi karena hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang sehingga penting untuk tidak memiliki standar yang kaku dan tidak membatasi keunikan tiap individu.
Band yang dulunya merupakan mahasiswa FISIP ini menyampaikan kata-kata optimisnya pada bait akhir, namun tentunya masih ada kritikan yang disisipkan. Bait akhir ini memberikan secercah harapan akan kemandirian dan perubahan yang lebih baik untuk negeri ini. Harapan bahwa negara akan bangkit dan berdaulat yang pastinya membutuhkan kemandirian dan tanggung jawab setiap pribadi dalam mewujudkan perubahannya. Setiap individu harus bertanggung jawab atas tindakan dan pilihannya serta bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri untuk mewujudkan harapan bersama tersebut.
Lirik “suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari,” menggambarkan bahwa setiap hal yang dilakukan akan berdampak pada masa depan diri sendiri maupun masa depan tanah air tercinta, baik meninggalkan jejak yang positif atau jejak yang negatif. Feast mempertanyakan akan kehidupan kita yang belum dapat mencapai kedewasaan diri untuk menjadi diri kita sendiri. Terakhir, ia menyampaikan harapan yang ingin diwujudkan adalah semua pihak dapat menerima perubahan dengan besar hati dan saling memahami perbedaan pandangan, pendapat, dan keyakinan sehingga bisa bersama-sama membangun masa depan yang jauh lebih baik.
Peradaban merupakan bentuk penyampaian dari rasa prihatin terhadap sikap diskriminasi masyarakat beragama terhadap masyarakat minoritas sesuai dengan fakta yang ada. Mulai dari banyaknya kejadian pembakaran tempat ibadah karena ketidaksepahaman antar kelompok atau golongan lain yang bertentangan dengan pemikiran kelompoknya. Kemudian harga diri yang diinjak terus-terusan dan menyebabkan terjadinya persekusi yang merugikan satu pihak khususnya kaum minoritas.
Kurangnya sikap toleransi menjadi penyebab utama atas sebagian besar isu kemanusiaan dan maraknya realitas sosial. Lagu ini memberikan pemaparan tentang penindasan kepada kaum minoritas yang masih sering terjadi bahkan hingga saat ini.
Gerakan radikal yang berupa aksi terorisme merupakan sebuah tindakan kriminal yang sangat ditakuti masyarakat, aksi ini kerap dilakukan kepada Umat Nasrani karena dianggap tidak sepaham dengan mereka. Gerakan radikal juga dilatarbelakangi oleh sikap fanatisme terhadap agama sehingga membuat orang-orang was-was dalam melaksanakan ibadah.
Sikap toleransi sepatutnya dijunjung setinggi-tingginya oleh setiap individu dalam negara yang memiliki simbol Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Toleransi terhadap hak dan kewajiban dalam umat beragama telah tertanam dalam nilai-nilai yang ada dimana Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam agama, etnis, dan budaya. Perbedaan seharusnya bukan menjadi sebuah masalah dalam masyarakat, justru menjadi kekuatan untuk saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu sama lain.
Adanya sikap toleransi dalam masyarakat akan membawa negeri ini menjadi lebih tenteram, persatuan bangsa Indonesia dapat terwujud, pembangunan negara menjadi lebih mudah dan akan membuat negeri ini menjadi negara yang berdaulat dan harmonis walaupun memiliki banyak sekali keragaman budaya.