Melacak Nusantara: Saka Dwi-va hingga IKN (sumber foto: Intrnas Stire Publishing)
Melacak Nusantara: Saka Dwi-va hingga IKN (sumber foto: Intrnas Stire Publishing)

Buku Melacak Nusantara merupakan “lukisan intelektual” dari Riyanto tentang identitas dan karakter asli bangsa Indonesia. Diawali dengan mengulas karakter Raja Brawijaya sebagai penguasa terakhir Majapahit, buku ini juga menjadi medium dalam menghayati akar-akar identitas kebrawijayaan ala Indonesia – melalui karakter Kebrawijayaan sebagai falsafah persatuan dan bhinneka – untuk kemudian dapat diimplementasikan secara utuh di masa kini. Awal mula dari penulisan ini bisa dikaji melalui kemunculan Nusantara sejak beberapa ribu tahun yang lalu.

Indonesia sudah dikenal sebagai “mutiara kebudayaan” yang berkilauan di ujung Timur. Hal ini mencerminkan perjalanan sejarahnya yang begitu kaya. Berdirinya kerajaan seperti Sriwijaya, Singhasari, hingga Majapahit tidak hanya membawa kebesarannya dalam mengonstruksikan Indonesia dari segala aspek kehidupan, namun juga konsepsi Nusantara sebagai nilai-nilai luhur bangsa selama berabad-abad. Konsepsi Nusantara tidak sebatas pada penggabungan kata nusa dan antara yang diartikan sebagai penghubung pulau, melainkan juga membawa karakter Kebrawijayaan yang lekat dengan persatuan, gotong-royong, dan keberagaman.

Secara umum, buku ini mengulas enam bagian yang berkaitan erat dengan pertalian antara sejarah, kebudayaan, hingga filosofi yang mendasari pembentukan Nusantara. Pertama ialah Nusantara Satu, Saka Dvipa. Bab ini menjelaskan tentang Saka Dvipa sebagai penggambaran terhadap pembabakan Kerajaan Hindu-Buddha sesuai dengan Kalender Saka.  Saka Dvipa ini juga yang menggambarkan bagaimana Nusantara pertama terlahir – melalui surga beriklim tropis yang digambarkan Plato – dan perkembangan Indonesia kala itu begitu jelas menggambarkan bahwa Indonesia sudah ditakdirkan menjadi surga sejak awal pembentukannya.

Kedua ialah Sejarah dan Lambang Kebesaran. Bab ini menjelaskan tentang bukti-bukti kebesaran dari Indonesia melalui beberapa konsepsi yang bermunculan, seperti Tri Sakti, Dewata Cengkar, Ajisaka, dan Pithecanthropus Erectus. Pada bagian inilah, Riyanto menjelaskan bagaimana semua konsep ini membawa nilai-nilai kebijaksanaan, keluhuran, dan keadilan, yang menjadi tuntunan besar terhadap tatanan nilai moral bangsa Indonesia.

- Poster Iklan -

Ketiga ialah Nusantara Dua, Mitos dan Realita. Bab ini menjelaskan tentang dialektika mengenai Nusantara Dua dari segi mistis maupun segi historis. Nusantara Dua sebagaimana penggambarannya Riyanto tertuju pada elaborasi antara pembabakan periode kerajaan Hindu-Buddha dan penggambaran epos Ramayana dan Mahabharata yang menyiratkan loyalitas, tanggung jawab, dan kebijaksanaan.

Akan tetapi, kejayaan Nusantara tidak terpaku pada epos semata, namun juga didukung oleh fakta historis dan demografis, seperti posisi strategis Indonesia di Asia Tenggara dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat ialah Munculnya Kerajaan-Kerajaan di Nusantara. Bab ini menjelaskan kemunculan kerajaan-kerajaan di Nusantara yang menjadi fondasi dari pembabakan Nusantara Dua.

Berawal dari Kutai Kertanegara, peradaban di Indonesia menyebar luas hingga mencapai Majapahit dan setiap kisah-kisah yang ada menunjukkan pola kebrawijayaannya yang menggambarkan persatuan dan kebhinekaan. Hal ini tercermin dari kisah Ken Arok vs Kertajaya hingga Kadipaten Sumenep yang mencerminkan embrio dari dinamika pertarungan kekuasaan dan dinamika ini masih berlanjut hingga membentuk siklus politik hari ini. Kelima ialah Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit.

Bagian ini mengulas secara padat mengenai kebangkitan Kerajaan Majapahit yang kelak menjadi kemaharajaan (empire) terbesar di Asia Tenggara. Diawali dengan keruntuhan Singashari, Raden Wijaya menghadapi masa-masa sulit ditengah konflik Kadiri vs Singhasari yang tidak terbendung, sehingga menghancurkan kedua kerajaan ini membuka peluang bagi Raden Wijaya untuk mendirikan Majapahit. Sejak kepemimpinan Raden Wijaya, Majapahit berkembang sepanjang zaman dan pembahasan ini ditutup pada masa Tribuhawana Tunggadewi, yang juga diselingi dengan kemunculan pemberontakan Sadeng dan Keta.

Keenam dan terakhir ialah Majapahit Era Kejayaan. Bagian ini menggambarkan secara khusus tentang dialektika kehidupan kerajaan dibawah Hayam Wuruk dan Gadjah Mada, yang menyiratkan segala unsur kehidupan dari Majapahit (ekonomi, budaya, sosial, politik) mencerminkan seluruh aspek kebrawijayaan yang dipunggawai oleh mereka berdua. Keenam bab di atas sekiranya menjadi refleksi Riyanto dalam memberikan pemahaman kepada pembaca akan sejarah dan identitas Nusantara yang mengakar kuat sejak pendiriannya. Selain itu, “buah tangan” ini juga diharapkan menjadi pemantik bagi setiap pembaca untuk melakukan perubahan dari sisi kebudayaan.

Akhir kata, meskipun buku ini masih menyimpan sejumlah kekurangan, perbaikannya akan menjadi amanah bagi generasi muda. Diharapkan, mereka dapat melanjutkan perjuangan literasi kebudayaan dengan karya-karya yang lebih baik pada masa mendatang.

Identitas Buku

Judul Buku: “Melacak Nusantara: Tata Negara Majapahit dan Kebrawijayaan”
Penulis: Dr. Riyanto, M.Hum.
Penerbit: Intrans Publishing
Tanggal Terbit: Maret 2025
Tebal Halaman: 338 halaman
Lebar: 15,5 cm
Panjang: 23 cm
Harga Buku: Rp 146.000

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here