Di usia lima puluh (lebih sedikit), saya semakin meyakini dua hal: dunia anak-anak adalah laboratorium terbaik untuk memahami manusia dan cerita anak adalah piranti analisis yang tak kalah ampuh dari teori sastra manapun.
Saya senantiasa memulai kelas dengan pertanyaan sederhana, “Mengapa kita, orang dewasa, perlu membaca cerita anak?” Jawaban mahasiswa beragam, dari “untuk hiburan” hingga “agar bisa mendekati dunia siswa.” Namun, saya menantang mereka untuk berpikir lebih dalam, seperti yang pernah ditulis Roald Dahl dalam Matilda:
“The books transported her into new worlds and introduced her to amazing people who lived exciting lives.” (Buku-buku itu membawanya ke dunia baru dan memperkenalkannya kepada orang-orang luar biasa, yang menjalani kehidupan yang menyenangkan). Pernyataan Matilda ini menyoroti kekuatan transformatif membaca, bahwa buku-buku tidak sebatas membuka cakrawala imajinasi, tetapi juga memfasilitasi dirinya mengalami petualangan dan mengenal tokoh-tokoh inspiratif di luar batas kehidupannya sendiri.





















