Krisis iklim kontemporer telah mengungkap krisis yang lebih mendalam: krisis imajinasi kolektif. Kegagalan kita dalam membayangkan masa depan non-ekstraktif dan non-antroposentris menghambat tindakan kolektif di Zaman Antroposen (Chakrabarty, 2021). Esai ini berargumen bahwa dominasi narasi Green Growth (Pertumbuhan Hijau) harus digantikan oleh imajinasi relasional dan sistemik yang berakar pada prinsip Degrowth (Anti-Pertumbuhan) dan Keadilan Ekologis. Dengan merangkul pluralitas dan radikalitas narasi ini, kita dapat mengatasi kelumpuhan naratif dan merancang kehidupan yang layak di Bumi yang terluka (Hickel, 2020; Jason & Johnson, 2023).

Kita hidup dalam periode yang ditandai oleh perubahan geologis yang disebabkan oleh manusia, yang disebut Antroposen. Era ini menuntut kita mempertimbangkan kembali skala dan dampak keberadaan kita di Bumi. Dampak Antroposen—mulai dari panas ekstrem, ketidakstabilan cuaca, hingga ancaman kepunahan—semuanya menantang asumsi lama kita tentang stabilitas lingkungan. Bagi Dipesh Chakrabarty, pemikiran sejarah harus bergeser dari fokus global-manusia ke skala planetar, mengakui batas-batas keberlanjutan spesies kita sendiri (Chakrabarty, 2021). Namun, respons kolektif terhadap tantangan eksistensial ini terasa tidak memadai. Lebih dari sekadar tantangan ilmiah atau teknologi, krisis ekologi adalah krisis naratif dan imajinasi. Kita seolah terperangkap, di mana besarnya krisis tersebut melumpuhkan kemampuan kita untuk membayangkan sebuah masa depan yang radikal, berbeda, dan mungkin (Jason & Johnson, 2023). Kegagalan imajinatif inilah yang menjadi fokus utama esai ini. Kita akan membedah mengapa narasi Green Growth yang adaptif gagal, dan bagaimana bentuk imajinasi kontemporer—imajinasi sistemik (Degrowth) dan imajinasi relasional (Etika Perawatan)—dapat menyediakan jalan keluar yang lebih substansial. Keluar dari kelumpuhan naratif memerlukan keberanian untuk merancang sistem non-kapitalis dan etika non-antroposentris yang berakar pada ekologi.

Krisis ekologi saat ini tidak lepas dari dua fondasi Modernitas: Antroposentrisme (manusia sebagai pusat nilai) dan Kapitalisme Ekstraktif (pertumbuhan tak terbatas). Narasi yang mencoba mendamaikan keduanya adalah Green Growth atau Pertumbuhan Hijau. Imajinasi Green Growth berjanji bahwa kita dapat mengatasi krisis iklim tanpa harus mengubah struktur ekonomi atau mengurangi konsumsi. Intinya adalah decoupling—memisahkan pertumbuhan PDB dari penggunaan sumber daya dan emisi (Hickel, 2020). Masa depan dibayangkan sebagai kelanjutan dari kapitalisme yang efisien, didukung oleh energi terbarukan dan teknologi carbon capture. Namun, para kritikus Degrowth seperti Jason Hickel (2020) berargumen bahwa decoupling absolut secara global terbukti tidak mungkin di bawah sistem kapitalis yang ada. Inovasi teknologi seringkali hanya memindahkan masalah (misalnya, emisi dari ekstraksi mineral untuk baterai kendaraan listrik) atau menciptakan efek rebound (efisiensi yang lebih besar menghasilkan lebih banyak konsumsi secara keseluruhan). Imajinasi ini menciptakan narasi adaptif yang menyesuaikan krisis agar sesuai dengan model bisnis, bukan menyesuaikan model bisnis agar sesuai dengan batas-batas planet.

- Poster Iklan -
- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here