Skena musik tanah air lagi terombang-ambing oleh dua arus utama. Masing-masing ialah musik indie dan dangdut—tanpa menghiraukan skena musik keras (metal). Lagu indie, yaitu lagu yang diproduksi oleh penyanyi atau band dengan label rekaman indie atau mandiri. Dan, musik dangdut—atau boleh kita bilang sebagai neo-dangdut—dengan lirik yang menerpurukkan manusia kepada keadaan.
Nah, kali ini, mari kita menerka. Yaitu, salah satu band indie-rock yang cukup moncer yang selalu “di udara”. Benar, ia adalah Efek Rumah Kaca (ERK). Band yang digawangi oleh Cholil Mahmud, Akbar Bagus Sudibyo, dan Airil “Poppie” Nur Abadiansyah.
Band ini berdiri pada tahun 2001 silam. Sebagaimana kita dengar obrolan dalam kanal Youtube VINDES yang bertajuk Efek Rumah Kaca, Band Pertama Komplit Hadir Nongkrong di VINDES Awesome!! Bahwa, dulu, waktu SMA, Cholil bersama Adrian Yunan Faisal (personil ERK yang hengkang pada 2017) mendirikan band bernama Kandas.
Selain itu, dalam video itu, Vincent mengungkap bahwa ERK ini sarat dengan lirik-lirik bermuatan sosial, politik, dan ihwal kemasyarakatan lainnya. Dan itu, bagi sebagian pemuda-mudi sekarang—yang lagunya hanya cinta-cintaan dan kasmaran—membatin: “ini apa-an, sih?!”
Di Tengah Dominasi
Memang, ya, era sekarang ini masyarakat—utamanya pemuda/mudi—lebih condong mendengarkan lagu-lagu yang beraroma ke-diri-an atau bahasa moncernya self improvement—disamping lagu-lagu dangdut yang meng-ambrolkan seluruh bagian tubuh sampai ke tulang-tulangnya. Lagu semacam ini, mengajak para pendengarnya buat lebih menyayangi dirinya sendiri dan mengapresiasi diri akan apa yang sudah dilakukan dengan balasan kepada diri sendiri (self reward).
Kita bisa mencium, bahwa para pendengar lagu self improvement adalah mereka yang belum menemukan cinta dan kasihnya terhadap lawan jenis, sehingga mereka lari ke ruang ke-diri-an. Sehingga, mereka berteori bahwa: “tidak ada—seseorang—yang bisa diandalkan selain diri kita sendiri”.
“Efek-nya” Datang
Nah, Efek Rumah Kaca, dengan “efek-nya”, ingin merengkuh penikmat lagu di Indonesia, bahwasannya: “ini, lo, ada lagu yang mengangkut lirik yang berangkat dari permasalahan-permasalahan orang banyak (politik, ekonomi, sosial, dan lainnya). Dan tidak cuma tentang hubunganmu yang karam antara kau dengan dia—yang sudah jadi bekasmu.
Memang, belantika music Indonesia mengangkat tema cinta melulu yang, mungkin sebagian dari kita, merasa jengah dan bosan. Karenanya, kita mendendangkan tembang ERK yang bertajuk Cinta Melulu. Lagu yang masuk di dalam album Efek Rumah Kaca (2007) ini melantunkan semacam hantaman atau kritik kepada masyarakat (pasar) yang cenderung mendendangkan lagu cinta yang membikin galau.
Kita sering mendengarkan yang liriknya: Nada-nada yang minor/ Lagu perselingkuhan/ Atas nama pasar semuanya begitu klise/ Elegi patah hati/ Ode perselingkuhan/ Atas nama pasar semuanya begitu banal/ Oh-oh/ Lagu cinta melulu/Kita memang benar-benar melayu/ Suka yang mendayu-mandayu…
Memang, kalau kita menelisiknya, lagu ini dicipta pada 2007 lalu. Di mana, seorang yang lahir pada medio 90an dan 2000 menjadi saksi, bahwa era tersebut adalah gelombang lagu-lagu cinta yang membikin masyarakat mendayu-dayu. Sebut saja: D’Masiv, Peterpan, Vagetoz, Sheila On 7, Kangen Band, Hijau Daun, dan bang-band sealirannya, yang, membius masyarakat utamanya remaja kedalam lubang kegalauan yang akut.
Berbicara ihwal remaja era warnet yang menikmati tembang-tembang dari band yang sudah disebutkan tadi, begitu reflektif. Misalnya saja, dalam hal kenakalan-kenakalan. Mungkin, kalau dipikir-pikir, kenakalan era dulu dan sekarang sudah tiada tanding. Sekarang, urat malu manusia telah putus.
Bagaimana tidak, manusia-manusia era digital dewasa ini, tak segan dan tak malu mengunggah, atau mengabadikan tubuhnya dengan terang benderang, mengungkapkan sesuatu yang padahal itu privat, dan keduanya itu demi mencapai sebuah tujuan. Yaitu, viral. Maka, tidak jarang kita mendengar adagium: “Goblok nggak papa. Yang penting viral.”
Dari keironisan tadi, ERK telah memusikalisasikannya ke dalam tembang bertajuk Kenakalan Remaja di Era Informatika. Lagu yang masuk dalam daftar album Kamar Gelap (2008) itu, berlirik: Rekam dan memamerkan badan dan yang lainnya/ Mungkin hanya untuk kenangan/ Ketika birahi yang juara/ Etika menguap entah kemana/ Oh nafsu menderu deru bikin malu/ Oh nafsu menderu deru susah maju.
Dari lirik tadi jelas dan ditulis apa adanya. Yaitu memamerkan badan, sehingga etika menguap dan menghilang. Dan itu lah yang terjadi kepada remaja era informatika ini. Di mana demi sebuah eksistensi di jagat maya, mereka mengorbankan kehormatannya sebagai insan yang berakal dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tak senonoh. Hal-hal lain yang kita maklumi, padahal perihal itu sangat-sangat tidak sopan. Ironi.
Lalu, ada perkara yang tak luput dari “efek” ERK, yaitu soal politik dan HAM. Ada tembang yang masuk dalam daftar album Kamar Gelap (2008), yakni Mosi Tidak Percaya. Liriknya pun garang: Kamu ciderai janji, luka belum terobati/ Janjimu pelan-pelan akan menelanmu/ Kamu ciderai janji, luka belum terobati
Kami tak mau dibeli/ Kami tak bisa dibeli/ Ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya/ Ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya.
Tembang tadi pernah dikumandangkan pada 2019 silam. Yakni saat demonstrasi besar mahasiswa yang bertajuk September Hitam. Demonstrasi ini mendendangkan mosi tidak percaya kepada DPR dan pemerintah atas kinerjanya yang tidak berpihak kepada rakyat. Memang, lagu ERK yang satu ini begitu lantang, seperti tembang-tembang milik Iwan Fals dengan tanpa sensor mengkritik rejim Orde Baru.
Itu lah. Lagu-lagu ERK yang patut kita dengarkan, di samping ERK telah merilis album baru bertajuk Rimpang pada Januari lalu. Nah, bagi Penerka “senior” lagu-lagu yang telah disebutkan di atas tidaklah asing, kerana pada tahun-tahun itu ERK tampil dengan gaya dan lirik yang sama sekali berbeda. Hingga kini, meski berkelindannya band-band indie, ERK tetap punya pendengar yang menanti lagu—kritik—dari ERK. Karena bagi Efek Rumah Kaca “pasar bisa diciptakan” dan “cipta bisa dipasarkan”, hingga kau dan aku menuju ruang hampa.
Dengarkan lagu Efek Rumah Kaca terbaru: