Setiap orang suka musik. Salah satu fungsi musik adalah sebagai medium untuk melepaskan kepenatan. Entah itu akibat dikoyak-koyak problem kehidupan, kerja delapan jam sehari, persoalan asmara, cicilan menumpuk, hingga merasa sepi dan sendiri. Problem yang seringkali dihadapi mereka yang memasuki usia dewasa lanjut.
Terutama bagi mereka yang rentan secara ekonomi dan kehidupan sosial, kondisi ini dalam tren kekinian disebut quater life crisis. Mungkin, pemuda progresif melihatnya sebagai dampak dari kapitalisme.
Eits tunggu dulu, saya sedang tidak ingin membahas itu, karena terlampau monoton untuk saat ini. Saya lebih tertarik membahas yang singkat saja, sebab ini artikel yang akan menyodorkan lagu-lagu yang menurut saya baik untuk menemani saat-saat kalut.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa mendengarkan musik meningkatkan suasana hati dan menangkis depresi. Seperti hasil penelitian dari Garrido dan Schubert (2015), beberapa orang cenderung menggunakan musik sebagai salah satu cara untuk membantu mengatasi suasana hati mereka yang tertekan.
Beberapa mengakui cara ini terkadang dapat meningkatkan keadaan atau “bangkit dari pesimisme”. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa musik dapat meningkatkan mood dan self-awareness.
Hal ini karena musik dapat menjadi semacam medium untuk memacu dan menyelami diri sendiri sehingga fokus pada refleksi diri dan meningkatkan kesadaran interaksi antara pikiran dan perasaan (Steward et al, 2019).
Ini semua karena musik sangat berkaitan dengan kerja otak. Saat kita memainkan musik di gawai atau alat pemutar, maka hal pertama yang terjadi ketika musik memasuki otak kita adalah pelepasan dopamin ke neurotransmitter.
Proses ini menjadi pemicu pada pusat kesenangan yang membuat kita merasa bahagia. Respons ini sangat cepat, otak bahkan dapat mengantisipasi puncak paling menyenangkan dalam musik yang sudah dikenal dan mempersiapkan dirinya dengan aliran dopamin lebih awal.
Proses di atas membuat sebagian individu mendengarkan musik demi meningkatkan, mempertahankan atau mengintensifkan suasana hati, dan dapat melakukannya di waktu yang berbeda. Seseorang ketika dalam keadaan depresi sering kali menggunakan musik untuk meningkatkan suasana hati yang negatif, mereka juga paling tidak menyadari kecenderungan ini (self-awareness).
Catatan-catatan ini hanya penguat argumentasi, jika mendengarkan musik paling tidak dapat mendorong mood dan sebagai strategi mengatasi problem (coping stress) yang dihadapi diri. Dapat berkaitan dengan kondisi stress sampai depresi. Musik tidak sekadar gaya hidup, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sebuah alat terapi mental.
Saya sendiri sering menggunakan metode ini untuk meredakan amarah, kekecewaan, dan kecenderungan depresi karena persoalan yang tengah berkecamuk. Paling tidak bagi saya secara pribadi cukup efektif untuk mereduksi beban mental dan menstimulus diri untuk bangkit dari keterpurukan.
Karena alunan nada hingga lirik-lirik dapat melebur dalam diri, seakan-akan mengajak berkontemplasi sehingga memudahkan untuk mendorong self-awareness. Hal ini yang nantinya dapat mendorong self-regulating sebagai bagian dari kontrol diri untuk mendorong proses penerimaan dan perbaikan diri.
Di akhir pengantar ini saya coba merekomendasikan salah satu cara yang saya lakukan dalam menikmati musik sebagai bagian dari terapi diri. Mungkin beberapa dari kalian tidak cocok, tapi siapa tahu catatan ini dapat mendorong kalian untuk memunculkan cara tersendiri dalam menikmati musik sebagai bagian dari penyembuhan dan perbaikan diri. Berikut dua rekomendasi terapi musik untuk kalian.
Mendengarkan Musik di Alam
Sering kali kita merasa sangat penat dengan hiruk pikuk keadaan sehari-hari, apalagi mereka yang berada di kota. Lalu lalang motor dan mobil beserta keriuhan interaksinya mungkin membuat sebagian orang semakin tertekan.
Apalagi ditelisik dalam kacamata psikologi, lingkungan tempat kita tinggal sangat mempengaruhi kesehatan mental kita. Jika terlalu bising, polusi udara yang sangat kotor sampai cuaca, dapat mendorong perubahan mood dan juga mendorong seorang yang mengalami depresi semakin tertekan.
Salah satu cara yang relevan sebagai strategi mereduksi stress hingga depresi yakni pergi ke suatu tempat. Tempat yang jauh dari keriuhan dan masih memiliki alam yang baik, tidak ada polusi udara, tenang dan sunyi, bisa gunung, pantai, atau hutan. Di sana kita bisa bersantai, duduk termenung atau rebahan, bisa juga membawa bekal makanan dan minuman kesukaan, pokoknya senyaman kita.
Lalu saat santai itu kita bisa mendengarkan musik kesukaan di earphone atau speaker kecil, sembari menikmatinya dapat meracau, teriak, menangis, dan apapun yang penting kalian lega. Saya rekomendasikan lagu post-rock macam Sigur Ros atau Mogway, bisa juga band lokal seperi Fractured dll. Oh iya, saya sertakan playlistnya sekalian; Post Rock Indonesia Playlist.
Mengurung Diri di Ruang Privat
Cara ini mungkin tidak asing lagi bagi kalian, karena ruang privat merupakan salah satu tempat yang hanya ada kita. Di sana kita dapat melakukan apapun tanpa harus resah dilihat orang sekitar.
Mau bernyanyi, joget, menangis sejadi-jadinya atau diam tak bergerak bahkan rebahan seharian pun. Tidak akan ada yang ganggu, tapi jangan lupa kunci pintunya dan sesuaikan volumenya (khususnya anak kos). Menurut saya, paling enak sih gelap-gelapan, lalu menyetel musik kesukaan, bernyanyi, berpuisi, joget, atau berbaring melihat langit-langit untuk berefleksi.
Proses ini dapat membantu untuk mengenali diri sendiri, bagian dari mengasihi diri sendiri, serta proses-proses diri untuk bangkit dari keterpurukan. Akan tetapi, jangan lupa kabari kawan dekatmu untuk standby hehe takutnya ada sesuatu yang tidak diinginkan.
Kalau pas di ruang gelap saya lebih suka mendengarkan lagu alternatif dari Jepang meski kadang harus nyari liriknya untuk ditranslate dulu, sesuaikan kesukaan kalian lah. Berikut playlist rekomendasi saya, Playlist Japan dan Playlist Alternatif.
[…] kamu salah dua orang yang senang mendengarkan musik? Kalau iya, mungkin kita sefrekuensi dengan ulasan musik satu ini, koplo atau akrab dikenal […]