Perkebunan kelapa sawit menata kehidupan dalam ketimpangan. Sebagian spesies menemukan ruang untuk tumbuh subur, sementara yang lain perlahan tersisih, merosot, bahkan menuju kepunahan. Dalam bahasa ekologi, inilah para “pemenang” dan “yang kalah”, jejak dari bagaimana lanskap perkebunan mampu merakit ulang kehidupan ke dalam konfigurasi multispesies yang baru. 

Namun, di balik batas-batas klasifikasi itu, terbentang dunia-dunia yang dialami oleh para makhluk hidup, yakni, dunia persepsi dan keberlangsungan, tempat setiap spesies berjuang, bertahan, menyesuaikan diri, atau diam-diam menghilang. Dengan menelusuri dinamika antara keberlimpahan dan kehilangan, serta laku-laku bertahan yang melintasi spesies, tulisan ini memandang perkebunan bukan sekadar ruang penyederhanaan ekologis, melainkan juga gelanggang tempat dunia-dunia baru sedang diperjuangkan dan dilahirkan.

Perkebunan kelapa sawit mungkin menyediakan kondisi yang menguntungkan bagi sebagian spesies, tetapi tidak bagi yang lain. Dalam penelitian saya di Kalimantan Timur, seorang petani kecil menceritakan pengalamannya ketika masih bekerja di perusahaan sawit. Ia berkata bahwa pakis (Nephrolepis biserrata) yang tumbuh di batang kelapa sawit sering dibiarkan begitu saja karena, menurut pihak perusahaan, tanaman itu membantu kehidupan pohon sawit. “Orang perusahaan itu pernah bilang biarkan saja, karena itu dia kasih angin-angin pohon sawit,” tuturnya (Mahadika, 2023, p. 189). Konon, pakis itu menolong sawit untuk bernapas.

- Poster Iklan -
- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here