Mengeja Hujan
Di kaca jendela, ia memulai kisahnya tanpa tokoh utama,
hanya bayangan lampu yang pecah menjadi seribu garis miring.
Tiap ia datang, jeda diperpanjang.
Kau mendengarnya, persis suara langkah kaki yang ragu di loteng kayu.
Bunyi yang menunda semua percakapan
perihal esok dan segala rencana
yang kita lipat di dalam saku celana.
Aku melihat ke luar, dan di sana, segala bentuk menjadi kabur dan samar.
Pohon-pohon, tiang listrik, batas jalan—semuanya dikembalikan
ke wujud semula: sekadar gambar kabur yang menantang ingatan.
Maka, kita biarkan saja tangga batu itu basah,
tempat kita sering duduk menimbang arti.
Sebab, yang paling benar dari sebuah pemahaman
adalah keengganan untuk menyimpulkan.
Hujan hanya mengajukan pertanyaan,
dengan ritme yang tak pernah kita hafal.
2025
Perihal Jendela
Kaca tebal itu hanya sekat
antara yang di sini dan yang di sana.
Yang di sana tak pernah
betul-betul tertangkap.
Sementara yang di sini,
masih saja sukar dimengerti.
Kau usap debu, mencari wajah yang lain.
Nihil. Hanya senja yang sama terbalik,
dan janji fajar yang selalu tertunda
di balik bingkai kayu yang usang.
Ilmu pengetahuan, adakah
ia mampu menjangkau
sesuatu di luar jendela
yang jauh itu?
2025
Silsilah Hening
Bukan sunyi tak bersuara,
tapi bunyi yang tak punya nama.
Ia merangkak dari liang telinga,
berakar di tulang-tulang belakang.
Tak ada kata yang sanggup merubuhkannya.
Ia adalah batas akhir dari semua bising,
tempat segala ingatan kembali menjadi embun,
sebelum akhirnya menguap ke udara purba.
Tempat segala yang tak terkatakan,
berhasil diendapkan,
sebelum riuh mengaburkan kedalaman.
2025.
Pelajaran Dari Pohon Tua
Ia berdiri dengan usia hampir purba
Menegakkan diri adalah negosiasi dengan gravitasi.
Bukan buah yang ia tawarkan sebagai makna,
Bukan pula kayu-kayu yang rela diserahkan.
Tapi proses panjang sejak dari akar.
Sabar adalah nama lain dari fotosintesis,
mengubah cahaya yang kejam menjadi sari.
Kau ingin tahu tentang makna bertahan?
Lihat saja bagaimana ia menanggung badai.
2025
Sketsa Kota
Di bawah selimut asap yang tebal,
kota menyusun dirinya dari kawat & beton.
Setiap gedung adalah monumen
dari janji yang ditelan oleh kebisingan
mesin-mesin akhir peradaban.
Manusia di dalamnya adalah angka,
bergerak dalam pola yang teratur
namun tak terduga, mencari peta
menuju rumah, yang hanya tersisa
sebagai alamat di surat tua.
2025.