Galungan dan Kuningan

Hari ini, 4 Januari sampai dengan 14 Januari 2023, umat Hindu di Indonesia merayakan Galungan dan Kuningan. Galungan jatuh pada tanggal 4 Januari, dan Kuningan jatuh pada tanggal 14 Januari 2023.  

Bagi umat Hindu, perayaang Galungan dan Kuningan memiliki maknanya masing-masing. Galungan diperingati umat Hindu untuk menyatu-padukan kekuatan batin. Hari raya Galungan juga diperingati sebagai simbol kemenangan yang baik atas yang buruk, dharma atas adharma. Sementara Kuningan adalah hari permohonan ampun, keselamatan diri, dan tuntutan lahir batin kepada Bhatara Hyang Widhi. 

Galungan dan Kunigan dirayakan tepatnya 6 bulan sekali. Perayaan hari suci umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali tersebut diselenggarakan berdasarkan pada hitungan kalender Dungulan yang ada di Bali, setiap 210 hari sekali.  

Artinya, Galungan dan Kuningan diperingati setiap dua kali dalam hitungan tahun masehi. Galungan memiliki jarak perayaan antara 10-9 hari dari Kuningan. Perayaan Galungan kemungkinan besar akan jatuh setiap hari Rabu pada wuku Dungulan.  

- Poster Iklan -

Sementara Kuningan pastilah jatuh setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan. Wuku sendiri merupakan bagian dari siklus penanggalan Jawa dan Bali. Oleh sebab itu, Galungan dan Kuningan masih menggunakan wuku dalam menentukan hari-hari besarnya. 

Pada perayaan-perayaan hari suci Galungan maupun Kuningan di Bali, khususnya, umat Hindu akan melakukan pelbagai tradisi dalam melengkapi sekaligus menghormati datangnya Galungan dan Kuningan. Tradisi-tradisi tersebut di antaranya membikin penjor sehari sebelum datangnya hari raya, atau yang biasa disebut dengan penampahan.  

Penjor adalah tiang bambu tinggi melengkung sekitar 10 meter yang dipasang di depan rumah-rumah umat Hindu. Dalam pandangan umat Hindu, penjor disimbolkan sebagai Naga Basukih—di mana Basukih diartikan sebagai kemakmuran dan kesejahteraan. 

Tak cuman membikin penjor, memotong babi pada hari raya Galungan dan Kuningan juga merupakan rangkaian dari tradisi menyambut datangnya hari suci Galungan dan Kuningan. Lazimnya, tradisi memotong babi dilakukan saat penampahan.  

Saat penampahan, tradisi memotong babi dimaknai dapat mengalahkan 6 sifat buruk manusia. Daging-daging babi yang telah dipotong nantinya akan diolah menjadi pelbagai hidangan yang dinikmati bersama-sama—juga dihaturkan/diperuntukkan kepada Sang Hyang Widhi. 

Ada juga tradisi lainnya seperti memunjung yang merupakan tradisi mengunjungi makam dengan membawa beberapa sesajen seusai melaksanakan ibadah di pura. Kemudian ada tradisi ngurek; tradisi ini sekilas serupa dengan debus, hanya saja tradisi ini dilakukan dalam kondisi kesurupan.  

Menurut pandangan umat Hindu, tradisi ngurek dipercayai sebagai manifestasi pengabdian terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Dan selanjutnya ada ngelawang barong. Tradisi ngelawang barong diyakinkan dapat mengusir roh jahat dan melindungi seluruh masyarakat dari wabah-wabah penyakit. 

Galungan dan Kuningan adalah hari-hari suci bagi umat Hindu, sebagaimana hari raya Nyepi. Galungan dan Kuningan juga tak cuman dirayakan oleh umat Hindu yang ada di Bali, tapi juga di daerah Tengger, Lombok, dan daerah-daerah yang ada di Indonesia lainnya.  

Rahajeng nyanggra rahina jagat Galungan lan Kuningan semeton titiang semuanya. Dumogi Ida Sang Hyang Widhi ngicenin kerahayuan. 

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here