“Jangan jadi pegawai negeri, jadilah majikan atas dirimu sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer
Momentum perayaan seabad Pram, bagi saya bukanlah sekedar seremonial kosmetikal. Perayaan ini merupakan lonceng pengingat pada ideologi yang diusungnya. Ideologi Pram adalah ideologi yang berpihak pada keadilan dan kemanusiaan. Itu tercermin pada kara-karyanya yang melegenda dan tak habis dimakan zaman. Pesan-pesan kemanusiaan dan keberpihakan pada realitas sosial nyatanya masih relevan hingga hari ini.
“Saya tidak pernah mempelajari Marx, dalam pandangan saya hanya yang adil benar, berkemanusiaan”
Pada kesempatan kali ini, sengaja saya tidak terlalu banyak menafsirkan karya-karya Pram karena pembaca pasti memiliki tafsir atas karya-karya itu. Saya berusaha untuk mencoba mengkliping ucapan-ucapan Pram dari wawancara yang dilakukan terhadap dirinya. Upaya ini merupakan salah satu metode kerja-kerja kebudayaan yang juga pernah dilakukan oleh Pram, yang kemudian dibukukan dalam buku berjudul Tempo Dulu. Kliping yang dilakukan tentu bukanlah sekadar tempel menempel atau salin menyalin melainkan ada tendensi dalam kliping itu. Tendensi untuk mengajak merefleksikan ideologi yang diusung oleh Pramoedya.
“Kalau bertemu dengan murid sekolah gubermen, saya malu diejek. Lalu saya mengadu pada ibu. Ibu berkata bahwa yang harus malu adalah mereka karena mereka tidak bekerja, kamu bekerja. Semua orang yang bekerja itu mulia. Apapun yang dikerjakan”
Salah satu refleksi yang dapat dimaknai dari Pramoedya adalah kesadaran untuk kerja. Sebelum ada semboyan kerja-kerja-kerja, Pram telah mengajak pembacanya untuk mau bekerja. Bekerja bukan untuk mengerjai orang lain melainkan bekerja untuk memperoleh kemuliaan atas diri sendiri.