Membangun team digital marketing, sering Saya lakukan dari tahap yang sangat awal, yakni tahapan : rekrutmen. Karena sering Saya berada dalam situasi, brand yang mengambil layanan konsultan digital marketing iMARKS, memang benar benar memulai dari nol. Timnya belum ada, sehingga dari proses rekrutnya, melibatkan Kami. Tentu salah satu momen yang perlu mendapat perhatian adalah saat wawancara tatap muka. Kandidat dengan berbagai latar belakang, diundang datang untuk dijajaki keseriusan, kemampuan, serta pengalaman kerjanya, ditakar pula kecocokan dengan posisi yang dilamar.
Salah satu contoh, untuk posisi content creator, biasanya Saya ajukan sebuah pertanyaan : gimana sih caranya agar akun media sosial brand ini, bisa FYP?
Maka jawaban yang muncul, alih alih jawaban tajam dengan argumen kuat, yang didapat justru aneka jawaban bias dan normatif, seperti :
“Membuat konten yang relate”
“Membuat konten yang trending/ hits.”
“Membuat konten yang sesuai dengan keresahan niche market yang disasar.”
Ada benarnya, dan memang begitulah adanya, namun tentu saja tetap : bias. Tidak ngena dan kurang ngeklik.
Kita amati bersama, bahwa konten yang FYP, standarnya beragam, namun kalau dibuat ukuran mudahnya, yakni konten yang mampu menghasilkan 10.000 viewers atau lebih. Sebagai catatan, ini adalah prestasi dan pencapaian yang patut mendapat perhatian, karena harus dicapai tanpa bantuan dan anggaran iklan, benar-benar konten organik. Terasa spesial sih memang, karena jika paham pola dan algoritmanya, ini memberikan kesempatan brand dan produk Kita menyebar ke 10.000 lebih akun dan pasang mata. Jika sampai pada posisi tersebut, kayaknya kerjaan sang content creator benar dan dapat diapresiasi.
Kembali ke tahap wawancara, menjadi menarik jika suatu hari Saya berharap, ada yang menjawab pertanyaan, syarat konten FYP, secara analitis dan sistematis.
Penelitian dan pengalaman Saya mendampingi proses marketing development dari brand makanan sampai pakaian, dari kota Malang sampai Kota Makkah, ada satu rumusan yang dapat jadi acuan dan berguna bagi Kita.
Konten FYP itu, menurut Saya jika memenuhi 3 kriteria :
1. Ditonton sampai habis
2. Ditonton berulang ulang
3. Memicu interaksi
Mari Kita perdalam satu persatu pembahasan tersebut. Algoritma atau mesin di balik media sosial, tentu bekerja dengan rumusan yang tertata. Bagaimana mereka dapat menentukan mana konten yang layak diviralkan, dan mana konten yang kategori biasa biasa saja?
Ditonton sampai habis, menjadi sebuah indikator sederhana, bahwa audiens rela menghabiskan waktu untuk menonton sampai puas dan menonton sebuah video sampai tuntas. Trik untuk memenuhi kriteria ini, adalah jika Kita membuat konten video, durasinya pastikan singkat dan pendek. Karena dengan logika ini, semakin panjang durasi video, semakin kecil kemungkinan ditonton sampai habis.
Ditonton berulang-ulang, adalah tantangan berikutnya, sehingga menjadi indikator, saking menariknya video, menonton sekali tidak cukup, bahkan sebuah akun dapat menonton berulang kali, video konten Kita. Trik untuk memenuhi kriteria ini, adalah menggunakan jenis konten yang memicu kejelian, memaksa audiens melihat berkali-kali untuk melengkapi informasi, menjawab tebakan, menemukan sesuatu, menghitung jumlah, atau menemukan petunjuk dalam lingkaran merah. Rasa penasaran adalah tombol emosional yang dimainkan dalam trik ini.
Memicu interaksi adalah tantangan berikutnya. Dengan adanya interaksi, menjadi indikator kuat bahwa audiens terhubung dan ada kepentingan dengan konten yang Kita tayangkan. Sekedar like, komen, save, share, repost, dm, visit profil, adalah hal hal kecil yang jika audiens melakukan, menjadi poin besar bagi konten Kita di penilaian algoritma. Trik untuk memenuhi hal ini, adalah dengan diksi yang disematkan di video, agar memicu interaksi bagi audiens yang melihatnya.
Coba dibayangkan jika ada konten video, crew brand Kita sedang bekerja, di candid, dan kemudian saat editing ditambahkan diksi atau teks diantara pilihan teks berikut :
“Mustahil Menemukan Kota Awalan Huruf ‘M’ Selain Malang dan Manado?”
Atau,
“Sepupu Mau Lahiran, Minta Saran Nama Anak Perempuan Awalan Huruf ‘Q’, Mana Ada Coba?”
Bisa juga,
“Ambil Dua Huruf Pertama Nama Kamu, Lalu Tambahkan Kata ‘RUNIKA’, Pasti Jadi Nama Baru Yang Estetik. ”
Ini teknik dan trik yang sederhana, namun selaras dengan maunya algoritma. Hal ini berlaku di IG Reels, Video TikTok, maupun video Youtube Shorts.
Jadi kapan waktu jika ada kesempatan mewawancarai calon kandidat team digital marketing, terutama content creator, coba ditanya, bagaimana caranya bikin konten media sosial agar FYP?
Jika jawabannya sistematis seperti yang barusan Saya jelaskan, ada 2 kemungkinan :
1. Dia cukup analitis dan teliti, serta mendalami dunia perkontenan seperti Saya.
2. Dia sama sama baca tulisan ini, seperti Anda.
Sip. Ilmunya sudah ada, setelah daya serap, lanjut ke daya terap, langsung praktek. Jadikan video IG Reels anda, sesuai tujuannya : memperluas jangkauan penayangan.





















