Simfoni No. 3 ‘Eroica’
Allegro con brio
dari tanda nada yang berpulang di lempung tanah. sesungguhnya mata pernah percaya, ketika hujan bergemuruh menyentuh tanah. tapi sesungguhnya selalu ada kata yang tertinggal. seorang penyair sepi, para pemuja diksi. dan ia hanya merindukan saat bayi, berkemas dalam denting yang tamasya di gigir hening.
Adagio assai
sesekali ada baiknya kita melipat rencana. namun di akhir nada, lagu seperti sebuah jeda panjang. atau remah reffrain yang berulang.
sesekali ada baiknya berkunjung ke tempat yang tak pernah dijangkau oleh ingatan. mungkin petualangan dari selembar peta buta. meskipun engkau tak kunjung alpa sekadar memamah doa.
Allegro vivace
barangkali kita pernah percaya di antara serpih cahaya. segala hal yang membuat kita terbata dan tak merasa sia-sia. interval terpenggal. sebagaimana sulaman-sulaman yang dijaga meski terbata. dan kaupun melangkah lagi, menghimpun kerumunan kota di kepalamu.
Allegro molto
seseorang mengunci ingatanmu yang sungsang. tapi siapakah engkau yang sungguh bertamu ke sebuah tempat. sementara bising kota hanya mengundang sisa suara dari derit kereta atau sebuah stasiun yang tak pernah bisa kauhitung untuk singgah, bahkan saat secangkir kopi terhidang di pelupuk.
di peron ujung, ibu tua meringkuk di sudut. menamai impian dengan sedikit tektur hujan di badan. tubuh yang gigil, hujan yang memanggil.
“semesetinya kita membawakan selimut atau semangkuk sop hangat,”
lalu lagu beranjak.
Alexander Robert Nainggolan
2025
Catatan:
Ini adalah simfoni paling penting yang pernah ditulis oleh komposer mana pun dalam sejarah dunia. Beethoven membuat dan merilis Simfoni No. 3 ‘Eroica’ ini pada tahun 1803. Simfoni dibuat dalam empat gerakan: Allegro con brio, Adagio assai, Allegro vivace, dan Allegro molto.
Piano Sonata No. 31, Op. 110
lalu kaupun tergesa mencatatnya. saat tangis berkecambah, masa bayi atau hening yang merasuk di lingkar rahim. seorang ibu pernah memanggul kesedihan, hingga setiap hening bergemerincing. menjadi sebuah harmoni yang memanggul barisan puisi takluk pada dini hari.
opium yang terkulum. denting piano magis, menyeret liris. sebuah gerimis membentur kaca jendela, penuh dengan embun.
Alexander Robert Nainggolan
2025
Catatan:
Ini adalah bagian tengah set terakhir dari tiga sonata piano yang dibuat Beethoven. Di dalamnya dia memberitahu kita tentang ketuliannya, rasa sakit yang ditimbulkannya, dan bagaimana dia mengatasinya. Jika dicermati seksama, terlihat jelas bahwa 35 sonata pianonya sebagai gambaran ‘otobiografinya’.
Simfoni No.5 dalam C Minor
pada chapter dan draft lainnya, mungkin pita suaramu akan terdengar rapat dan lebat. lebih hangat dari kata-kata yang kau simpan di seluruh tubuhmu. mungkin kau akan berangkat pada ketukan yang lain, menghampar di gigir.
lebat oktaf bergelambir. menyisir gigil sihir dari pelampung tafsir.
Alexander Robert Nainggolan
2025
Catatan:
Simfoni kelima diketahui merupakan karya Beethoven yang paling terkenal. Karya menakjubkan ini ditulis hanya empat tahun setelah Eroica berdiri sebagai bukti luar biasa dari kreativitas metodis Beethoven. Gerakan lambat memberikan kontras liris dengan vitalitas motif yang pertama. Senar mendominasi gerakan ini menyanyikan frasa contrapuntal panjang dengan kunci yang lebih hangat.
Konserto Piano No. 3
sebagaimana bayang-bayang, pernah engkau usir serupa hantu. atau sekadar mencekik dan membunuhnya berulangkali. tapi kau akan menemui pagi kembali, pagi yang dipenuhi remah birahi.
sebagaimana bayang-bayang. remang cuaca tak pernah memeluk segala gelisah.
“dan hamparan suara suara hanya tuli bagi gendang telinga, yang tak mampu didengar lengkap. denging nada hanya pintu muara, menghimpun denyar yang masih ada,”
simfoni itu berlarian di punggung kepala. seperti merebut masa kecilmu.
Alexander Robert Nainggolan
2025
Catatan:
Dalam simfoni ini, Beethoven melepaskan diri dari pengaruh Mozart . Gerakan pertama memiliki kekayaan dan kompleksitas melebihi dua edisi sebelumnya. Gerakan lambatnya hampir seperti himne, dengan tangga nada menjelang akhir di mana nada ke-7 diratakan.
Simfoni No. 9 ‘Choral’
pembedah kata. mencintai barisan huruf. para kafilah yang berlalu. dan segala denting jadi remah diksi– yang bergerak lambat. di akhir rima kau akan tertambat dan selamat.
“belahlah dadaku. sebab engkau telah melukai jantungku dengan pelepah alunan nada. sejauh rindu,”
Alexander Robert Nainggolan
2025
Catatan:
Simfoni No. 9 adalah puncak dari kejeniusan Beethoven. Dia menggunakan suara solo dalam simfoni untuk pertama kalinya, mengatur kata-kata puisi Schiller An die Freude. Ini adalah simfoni terpanjang dan terkompleks dari semua simfoninya, yang dapat kita anggap sebagai puncak pencapaiannya sebelum meninggal dunia.
Semua Catatan dalam puisi-puisi ini mengambil sumber referensi dari https://www.tempo.co/teroka/5-karya-simfoni-klasik-beethoven-yang-legendaris–238923