Namanya pekerjaan, tentu macam macam bentuknya. Saya ada pengalaman menangani brand hijab dari Lamongan. Lingkup pekerjaannya agak berbeda, karena perlu memandu jaringan Mitra Penjualan yang tersebar di berbagai kota, dan pasukan ini tentu saja 100% Ibu Ibu. Karena latar belakang pemahaman dan pengalaman yang Saya pernah jalani, beririsan sekaligus berurusan sama Ibu Ibu bukanlah hal baru bagi Saya, mengingat pada jaman pandemi, Saya juga menangani brand herbal yang profil mitra penjualannya, Ibu Ibu juga.
Segmen Ibu Ibu ini unik, karena ada karakteristik medan dampak yang dijangkau, relatif kecil dan lokal. Target market yang dibidik adalah siapa yang ada di sekitarnya, lingkar pergaulan dan lingkungan sekitarnya. Jadi kalau pengen laku dan laris, yang Saya bedah lebih dulu adalah berapa jumlah kontak WA yang saat ini dimiliki. Ini menjadi penting karena ibarat mau memasak, maka jumlah kontak WA yang dimiliki adalah gambaran tentang berapa bahan baku yang tersedia. Kita akan bahas ini lagi nanti di bagian akhir tulisan.
Kalau melibatkan Ibu Ibu, sebenarnya tahapannya mudah, kunci pembuka rejeki perlu dipasang di pintu bernama : status WhatsApp.
Ah….., jangan bercanda, marketing apa itu kok “cuma” mengandalkan status WA, marketing ora niat……
Eh, jangan salah dan jangan diremehkan.
Coba Saya tanya, ada nggak yang nonton status WA? Ternyata jawabannya : ada, bahkan bisa dibilang, banyak!
Nah, terkuak fakta, bahwa ternyata memang netijen ini nganggur, senganggur itu bahkan hingga sempat-sempatnya nontonin status WA orang lain. Nah, karena nganggur, boleh dong, sekalian, Kita kasih mereka kerjaan, Kita berikan job desc, yakni : diajak nonton status WA Kita.
Ini semakin menarik, kalau nomer WA nya sudah dipisah ya, yakni nomer WA pribadi dan nomer WA bisnis khusus untuk brand atau untuk jualan.
Sambung ke Mitra Penjualan yang Ibu Ibu, maka Saya tugaskan Ibu Ibu ini untuk nyetatus, sehari minimal 5x. Nah ini adalah logika resep sekaligus dosisnya. Resepnya adalah bikin status WA, dan dosisnya adalah 5x sehari. Apa saja itu statusnya, misal :
Jam 8 – Status #1 : Kami Buka Jam x sampai y
Jam 10 – Status #2 : Pilih 1 Produk Fokus
Jam 11 – Status #3 : Promo Yang Berlaku
Jam 13 – Status #4 : Testimoni
Jam 15 – Status #5 : Video Bukti Laris Jualan
Untuk jam boleh lah menyesuaikan, karena ada yang trend nya lebih banyak penonton pagi, ada juga yang lebih banyak penonton malam. Tapi dosis 5 status WA per hari ini adalah minimal ya. Artinya boleh ditambah, dan jarak postingnya memang perlu di jeda, ada selisih waktu, agar nantinya kesundul lagi ke atas dan ke atas lagi di notifikasi teman-teman Kita.
Kenapa urutannya ada perlu 5 seperti di atas? Hasil pemahaman dan pengalaman Saya, urutan di atas cukup strategis. Ilustrasinya, bayangkan Kita punya teman yang karakternya netijen julid. Bayangkan dia tanya dengan nyolot :
Buka ndak tokonya? Dijawab dengan status #1
Jualan apa tokonya? Dijawab dengan status #2
Ada promonya nggak? Dijawab dengan status #3
Emang bagus produknya? Dijawab dengan status #4
Laris? Emang laku? Ada yang beli? Dijawab dengan status #5
Sepele, remeh temeh, receh, tapi jangan sepelekan dampaknya. Karena sifat informasi tersampaikan itu lebih seperti tetesan air yang turun terus menerus, hingga melubangi batu, konsistensi tetap jadi kunci. Jadi bukannya air yang digambyurkan ke batu, nggak akan batunya berlubang, adanya cuman basah dan klomoh.
Kembali ke Mitra Penjualan Ibu Ibu.
Saya berikan saran sampai instruksi. Nyetatus WA minimal 5x dalam sehari. Kalau nggak bisa bikin kontennya, bahkan disuplai dari Tim Markom Pusat, disiapkan, disediakan, ready tinggal posting.
Pasukan taat dan patuh, di status WA setiap hari, tapi, beberapa melaporkan, penjualan masih belum beranjak ada peningkatan. Aneh!
Investigasi dilakukan, dan ketemu permasalahan. Karena meski dapat resep dan taat dosis, penyakit belum sembuh karena Ibu Ibu yang sudah praktek ini, jumlah kontak di WA nya masih sedikit. Rata rata kontaknya cuma ratusan, minim sekali yang punya kontak berjumlah ribuan. Ini semakin parah, saat belum dapat memastikan, apakah kontak tersebut sudah saling simpan nomer dengan WA Kita, karena yang bisa nonton status WA adalah kontak yang saling simpan. Kalau nggak saling simpan, itu namanya cinta bertepuk sebelah tangan, ya nggak akan ada bunyinya, lha cuman menepuk angin.
Maka, panduannya dibikin lebih dasar, yakni diajak untuk menambah jumlah kontak, secara aktif dan sistematis, sekaligus diajak saling simpan nomer.
Apalagi ada fakta, bahwa penonton status WA, jumlahnya cuman sekitar 1/4 dari jumlah komtak Kita.
Coba aja nyetatus WA. Jika yang nonton status setelah 24 jam sekitar 100, maka kontak yang saling simpan ya sekitar cuman 400an.
Jadi makin paham sih dengan konsep : silaturahmi membuka jalan rezeki.
Kata kata hari ini : jumlah kontakmu bisa jadi gambaran potensi orderanmu.