Sejarah Datangnya Israel di Tanah Palestina: Awal Mula Konflik yang Belum Usai (sumber foto: Kompas.com)
Sejarah Datangnya Israel di Tanah Palestina: Awal Mula Konflik yang Belum Usai (sumber foto: Kompas.com)

Konflik Israel dan Palestina merupakan salah satu isu geopolitik paling kompleks dan panjang dalam sejarah modern. Untuk memahami situasi saat ini, penting untuk menelusuri sejarah datangnya Israel di tanah Palestina, yang berakar dari pergerakan Zionisme pada abad ke-19 dan semakin memanas di awal abad ke-20.

Awal Mula: Pergerakan Zionisme

Pada akhir abad ke-19, muncul gerakan Zionisme, yang dipelopori oleh Theodor Herzl. Gerakan ini bertujuan untuk membentuk negara bangsa bagi orang Yahudi, yang saat itu tersebar di berbagai belahan dunia akibat diaspora ribuan tahun. Palestina, yang pada saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman, dipilih sebagai “Tanah yang Dijanjikan” karena nilai historis dan religiusnya bagi umat Yahudi.

Meski penduduk Palestina saat itu mayoritas Arab Muslim dan Kristen, imigrasi Yahudi mulai terjadi secara perlahan. Fase ini disebut sebagai Aliyah, yakni gelombang imigrasi Yahudi ke Palestina. Aliyah pertama dimulai sekitar tahun 1882.

Deklarasi Balfour 1917

Tonggak penting dalam sejarah datangnya Israel ke Palestina adalah Deklarasi Balfour pada tahun 1917. Dalam surat tersebut, Pemerintah Inggris menyatakan dukungan bagi pembentukan “tanah air bagi orang-orang Yahudi” di Palestina. Pernyataan ini muncul saat Perang Dunia I, saat Inggris mencoba menarik dukungan komunitas Yahudi dunia.

- Poster Iklan -

Namun, deklarasi ini bertentangan dengan janji Inggris kepada bangsa Arab sebelumnya, yang menjanjikan kemerdekaan Arab jika mereka membantu melawan Kekaisaran Ottoman. Konflik kepentingan inilah yang menjadi awal dari ketegangan politik di wilayah tersebut.

Mandat Inggris dan Meningkatnya Ketegangan

Setelah Perang Dunia I, Inggris mendapat mandat dari Liga Bangsa-Bangsa untuk mengelola wilayah Palestina. Selama masa ini (1920–1948), terjadi peningkatan tajam imigrasi Yahudi ke Palestina, terutama karena meningkatnya antisemitisme di Eropa, termasuk Holocaust yang terjadi selama Perang Dunia II.

Populasi Yahudi di Palestina terus bertambah dan memicu perlawanan dari penduduk Arab. Bentrokan demi bentrokan pun mulai terjadi. Inggris, yang kewalahan menangani konflik, menyerahkan masalah Palestina ke PBB.

Pembentukan Negara Israel dan Nakba 1948

Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara: satu untuk Yahudi dan satu untuk Arab, dengan Yerusalem di bawah kontrol internasional. Rencana ini diterima oleh pemimpin Yahudi, namun ditolak oleh bangsa Arab.

Tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion memproklamasikan berdirinya negara Israel. Keesokan harinya, negara-negara Arab menyerang Israel, namun kalah dalam konflik tersebut. Dampaknya sangat besar: lebih dari 700.000 warga Palestina terusir atau melarikan diri dari tanah mereka — peristiwa ini dikenal sebagai Nakba (bencana).

Realitas yang Terus Berlanjut

Setelah berdirinya Israel, perang demi perang terus berlanjut, termasuk Perang Enam Hari (1967) dan Perang Yom Kippur (1973). Israel berhasil memperluas wilayahnya, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang hingga kini menjadi titik konflik utama.

Sejarah datangnya Israel di tanah Palestina merupakan rangkaian panjang peristiwa politik, kolonial, dan ideologis yang meninggalkan luka mendalam bagi kedua pihak. Pemahaman yang objektif terhadap akar sejarah ini penting agar kita tidak hanya melihat konflik hari ini sebagai insiden tunggal, tetapi sebagai warisan sejarah yang kompleks dan masih membutuhkan solusi adil dan damai.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here