Sejarah Rempah: Pertautan Bioregionalisme Dalam Puisi Anak
Sejarah Rempah: Pertautan Bioregionalisme Dalam Puisi Anak

Ada yang masih ingat seorang gadis yang membentangkan spanduk bertulis “Skolstrejk for klimatet” yang menggegerkan dunia? Tulisan yang berarti “Aksi Mogok Sekolah untuk Iklim” menunjukkan keberanian anak-anak untuk menantang kebijakan orang dewasa yang mengabaikan lingkungan. Aksi yang dimotori Greta Thunberg di depan parlemen Swedia pada tahun 2018, diulang lebih tegas di Climate Action Summit 2019. Pesan yang diartikulasikan lugas ditambah tatapan menohoknya yang khas , berbunyi, “Saya seharusnya tidak berada di sini, saya seharusnya kembali ke sekolah… kalian semua telah merampas mimpi dan masa kecil saya dengan omong kosong kalian!”

Jauh sebelum peta dunia lengkap tergambar, ketika Eropa masih berada dalam kegelapan Abad Pertengahan, nama-nama seperti Chryse dan Argyre—yang berarti Pulau Emas dan Pulau Perak—telah menjadi bagian dari peta-peta kuno Yunani. Nama-nama misterius ini merujuk pada kepulauan di timur jauh yang sekarang dikenal sebagai Nusantara. Dalam tulisannya, Herodotus yang dijuluki “Bapak Sejarah” menceritakan tentang wilayah yang kaya akan wewangian dan rempah-rempah, tempat kayu manis tumbuh di danau yang dijaga oleh burung-burung berukuran raksasa. Sementara itu, Theophrastus, salah seorang murid Aristoteles, mencatat tentang berbagai tanaman eksotis dari timur yang memiliki khasiat penyembuhan dan aroma yang memabukkan.

- Cetak Buku dan PDF-

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here