Malang, 19 Juli 2024 – Dalam rangkaian Roadshow Festival Literasi, acara literasi digelar di Malang mulai 18 hingga 21 Juli di Togamas Dieng Malang. Acara ini diinisiasi oleh Intrans Publishing, Komunitas Bambu (Kobam), Sosial Movement Institute (SMI), dan Dompet Dhuafa.

Pagi ini, kegiatan diawali dengan kelas menulis yang dipandu oleh Eko Prasetyo, penulis buku ‘Kampus Hari Ini’. Eko, yang dikenal sebagai penulis produktif dengan banyak karya, membuka acara dengan bincang-bincang mengenai kepenulisan dan berbagai wacana yang terkait.

Tujuan utama dari acara ini adalah untuk memberikan pelajaran tentang kepenulisan dan berbagai tipe kepenulisan kepada para peserta. Eko Prasetyo menjelaskan tentang penulis-penulis di Indonesia, menyoroti banyak tokoh muda yang memiliki karya-karya menakjubkan. “Kita mau negeri ini politisinya memiliki tulisan-tulisan yang kita kenal. Hasanah intelektual pada masa itu menjadi khasanah, namun saat ini hal itu tidak ada,” ujarnya.

Eko juga menekankan pentingnya menulis dengan memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Menurutnya, menulis membutuhkan kesabaran ekstra. “Kalau tidak punya kesabaran, jangan jadi penulis. Menulis adalah latihan kesabaran dan ketelitian,” jelasnya.

- Poster Iklan -

Lebih lanjut, Eko membahas mengenai kondisi psikologis anak muda saat ini, seperti depresi dan merasa terasing. “Persaingan hidup di media sosial membuat kita harus tampil. Masyarakat sekarang lebih mudah berkonflik daripada berdialog,” tambahnya.

Menulis, kata Eko, membuat kita berjarak dengan keadaan dan menjadi ekspresi emosional. “Kekuatan tulisan bukan milik orang kaya tapi milik orang yang memiliki keterkaitan emosi. Penulis kadang hidupnya berakhir dengan mengerikan karena kesungguhan kita menjadi degradasi moral. Menulis adalah bukan sekadar menghidupkan kesaksian, tapi tentang mensugestikan orang melalui tulisan,” ujarnya.

Salah satu peserta, Amesti dari Universitas Brawijaya, mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana memposisikan keinginan menulis yang berbenturan dengan emosi. Eko menjawab bahwa tulisan yang ilmiah cenderung manipulatif dan tidak menarik. “Yang ilmiah itu membuat kita tidak bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan. Menulis mencoba mengungkapkan apa yang kita rasakan,” jelasnya. Eko menekankan pentingnya menulis sesuai dengan suasana hati dan tidak menekan perasaan.

Acara ini tidak hanya memberikan wawasan tentang kepenulisan, tetapi juga menjadi ruang bagi para pegiat literasi untuk berbagi pengalaman dan saling menginspirasi. Roadshow Festival Literasi di Malang menjadi bukti bahwa semangat literasi terus hidup dan berkembang di kalangan masyarakat.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here