Sesuatu di Jogja: Lagu yang Menghidupkan Kota dan Kenangan (sumber foto: KapanLagi.com)
Sesuatu di Jogja: Lagu yang Menghidupkan Kota dan Kenangan (sumber foto: KapanLagi.com)

Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi dapat dirasakan begitu dalam ketika melangkah di Yogyakarta. Kota ini bukan sekadar titik geografis di peta Jawa; Jogja adalah ruang waktu yang menyimpan banyak rindu, kisah yang belum selesai, dan perasaan yang sulit dijelaskan. Ketika Adhitia Sofyan menulis lagu “Sesuatu di Jogja”, ia seolah mengabadikan atmosfer magis itu ke dalam bentuk paling intim dan universal yaitu musik.

Lagu ini bukan hanya tentang Jogja. Ia adalah cermin dari hati yang pulang ke tempat-tempat yang menghidupkan kenangan. Lagu ini adalah surat cinta yang ditulis dengan nada, dikirim lewat suara, dan diterima oleh siapa saja yang pernah merasa kehilangan, rindu, dan keinginan untuk pulang.

Nada yang Berbisik Lembut

Dari segi musikalitas, Sesuatu di Jogja bukanlah lagu yang meledak-ledak. Lagu ini tidak memekakkan telinga, tidak berusaha menonjol di antara keramaian, namun justru memikat karena kesederhanaannya. Aransemen akustiknya menuntun pendengar menyusuri lorong-lorong kenangan. Gitar yang mengalun pelan, berpadu dengan suara lembut khas Adhitia Sofyan, memberikan ruang bagi lirik untuk bernapas. Tidak ada notasi yang tergesa, semuanya mengalir seperti langkah kaki menyusuri Jalan Malioboro di sore hari, perlahan dan penuh perenungan.

Nadanya adalah kombinasi dari nostalgia dan harapan. Setiap bait terdengar seperti bisikan hati yang jujur, seolah-olah penyanyi sedang berbicara langsung kepada seseorang atau mungkin kepada dirinya sendiri di masa lalu. Harmonisasi yang tenang menciptakan ruang batin yang damai, memungkinkan pendengar tenggelam dalam perenungan dan rasa.

- Poster Iklan -

Lirik: Surat Cinta kepada Kota dan Seseorang

“Hey cantik, coba kau catat / Keretaku tiba pukul empat sore” baris pembuka lagu ini bukan sekadar sapaan, tapi ajakan untuk membuka pintu masa lalu. Dalam dua kalimat ini, terhampar rasa rindu, harapan, dan juga sedikit kegugupan. Kata “cantik” tidak hanya menunjuk pada seorang kekasih, tetapi bisa dimaknai sebagai personifikasi dari Jogja itu sendiri, kota yang memikat, tenang, dan penuh cerita.

Lirik lagu ini bermain-main di antara realitas dan metafora. Misalnya pada bagian “Dan Jakarta muram kehilanganmu / Terang lampu kota tak lagi sama” . Jakarta di sini menjadi simbol dari kekosongan dan kesibukan yang tidak menyisakan ruang untuk jiwa. Kontras antara Jakarta dan Jogja menjadi latar emosional dari perjalanan batin sang tokoh. Jakarta adalah dunia yang penuh tekanan dan kesendirian, sementara Jogja adalah tempat di mana kenangan dan musik kembali hidup.

Baris “Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja” adalah mantra yang diulang seperti doa. Ini adalah kalimat yang menghidupkan harapan. Bahwa di tengah kekacauan hidup, ada satu tempat di mana semuanya terasa lebih masuk akal dan tempat itu adalah Jogja. Kata “sesuatu” dibiarkan menggantung, tidak dijelaskan secara spesifik, memberi ruang bagi setiap pendengar untuk mengisinya dengan makna pribadi bisa saja seseorang yang pernah dicinta, aroma sate di pinggir jalan, senja di Alun-Alun Kidul, atau tawa teman lama di angkringan.

Jogja: Ruang Imajinasi dan Emosi

Jogja dalam lagu ini tidak hadir secara eksplisit dalam bentuk landmark, tapi muncul sebagai atmosfer. Tidak disebutkan Tugu, Malioboro, atau Keraton secara langsung. Namun, kehadiran Jogja terasa dari cara penyanyi menggambarkan perjalanannya, dari naik kereta, berjalan kaki menyusuri kota, meresapi hujan, dan mendengarkan lagu lama.

Ada keintiman dalam tindakan-tindakan kecil yang digambarkan: berjalan kaki bersama, mendengarkan cerita, menikmati hujan. Ini adalah bentuk-bentuk romansa yang sederhana tapi sangat kuat. Bukan romansa yang berkilau seperti dalam film, melainkan romansa yang nyata, yang tumbuh dalam percakapan dan kehadiran, dalam keheningan dan kenangan.

Adhitia Sofyan menangkap esensi Jogja bukan sebagai kota wisata, tapi sebagai ruang batin. Jogja adalah tempat di mana kenangan tidak terasa menyakitkan, tempat di mana lagu lama menjadi jembatan menuju masa lalu, dan di mana harapan bisa tumbuh kembali dari reruntuhan hati yang pernah hancur.

Pendekatan Romantik dan Eksistensial

Romantisisme dalam lagu ini tidak hanya hadir dalam relasi antar manusia, tetapi juga antara manusia dengan kota. Lagu ini tidak hanya menggambarkan cinta kepada seseorang, tetapi juga cinta kepada suasana, kepada waktu yang telah berlalu namun masih hidup dalam ingatan.

Secara eksistensial, lagu ini juga menyentuh pencarian jati diri. “Sampai kapan akan selalu berlari?” dan “Sampai kapan aku ‘kan bernyanyi sendiri?” adalah pertanyaan-pertanyaan yang datang dari hati yang lelah. Pertanyaan yang muncul ketika seseorang sudah terlalu lama mengasingkan diri dari apa yang sebenarnya ia butuhkan yaitu ketenangan, kehangatan, dan makna.

Lagu ini memberi ruang bagi mereka yang sedang dalam perjalanan pulang ke dirinya sendiri. Jogja, dalam hal ini, menjadi simbol tempat pulang itu. Bukan sekadar kota asal, tapi tempat di mana seseorang merasa utuh. Tempat yang mampu mengingatkan siapa kita sebenarnya, sebelum dunia membuat kita lupa.

Lagu Lama, Kenangan Baru

Uniknya, lagu ini juga mengandung referensi musikal yang metaforis. “Dengar lagu lama ini katanya” adalah ajakan untuk mendengarkan bukan hanya lagu secara literal, tetapi juga mendengarkan ulang kenangan. Lagu lama itu bisa berarti lagu cinta yang dulu didengar bersama, atau suara-suara kehidupan yang pernah akrab namun kini terasa asing.

Di tengah gempuran musik modern yang seringkali keras dan cepat, “Sesuatu di Jogja” hadir sebagai pelancong waktu. Ia membawa pendengar kembali ke masa ketika perasaan lebih mudah diungkapkan dengan diam, ketika berjalan kaki bersama bisa lebih berarti daripada seribu kata.

Resonansi Personal

Tidak sedikit orang yang mendengarkan lagu ini sambil membayangkan dirinya berada di stasiun Tugu, membawa koper kecil, dan disambut oleh seseorang dengan senyum yang mereka rindukan. Ada pula yang memutar lagu ini sambil memandangi jendela kamar kos di tengah malam, berharap bisa kembali ke masa-masa kuliah yang sederhana tapi membahagiakan. Lagu ini membuka pintu-pintu emosi yang tidak bisa dibuka oleh logika.

Ada kejujuran dalam lagu ini. Ia tidak berusaha menyembunyikan kerentanan. Justru dari kerentanan itulah, lagu ini menjadi kuat. Ia menjadi teman bagi mereka yang sedang mencari arah, bagi mereka yang lelah, dan bagi mereka yang masih percaya bahwa ada tempat di dunia ini yang bisa menyembuhkan.

Penutup: Keabadian dalam Kesederhanaan

Adhitia Sofyan berhasil menciptakan lagu yang tidak hanya didengar, tapi dirasakan. “Sesuatu di Jogja” bukan tentang Jogja saja, tapi tentang pulang, pulang kepada diri, kepada rasa, kepada cinta yang pernah ada dan mungkin masih ada. Lagu ini seperti kartu pos yang dikirim dari masa lalu, tapi isinya masih relevan sampai hari ini.

Jogja, dalam lagu ini, bukanlah tempat yang harus dicapai secara fisik. Ia adalah tempat yang hidup dalam hati. Dan seperti yang diyakini Adhitia, kita pun percaya bahwa selalu ada sesuatu di Jogja.

Secara lengkap lirik lagu tersebut adalah sebagai berikut: 

“Sesuatu di Jogja”

[Verse 1]
Hey cantik, coba kau catat
Keretaku tiba pukul empat sore
Tak usah kau tanya aku ceritakan nanti
Hey cantik, kemana saja?
Tak ada berita, sedikit cerita
Tak kubaca lagi pesan di ujung malam

[Pre-Chorus]
Dan Jakarta muram kehilanganmu
Terang lampu kota tak lagi sama
Sudah saatnya kau tengok puing yang tertinggal
Sampai kapan akan selalu berlari?
Hingga kini masih selalu ku nanti-nanti

[Chorus]
Terbawa lagi langkahku ke sana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja
Dengar lagu lama ini katanya
Izinkan aku pulang ke kotamu
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja

[Verse 2]
Hey cantik, bawa aku jalan
Jalan kaki saja menyusuri kota
Ceritakan semua ceritamu padauk

[Pre-Chorus]
Ya, Jakarta diam kehilanganmu
Bau wangi hujan tak lagi sama
Sudah saatnya kau jemput musik yang tertinggal
Sampai kapan aku ‘kan bernyanyi sendiri?
Hingga kini masih selalu menanti-nanti

[Chorus]
Terbawa lagi langkahku ke sana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja
Dengar lagu lama ini katanya
Izinkan aku pulang ke kotamu
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja

[Bridge]
Ingat waktu itu ku bertanya
Aku mau dengar jawabnya

[Chorus]
Terbawa lagi langkahku ke sana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja
Dengar lagu lama ini katanya
Izinkan aku pulang ke kotamu
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja

Sumber Lirik Lagu 

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here