Beberapa kali dalam setahun, Saya mendapat undangan dan penugasan dari UPT Pelatihan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaannya di beberapa kota, mulai dari Malang, Surabaya, Lamongan, Pasuruan, Tulungagung, dan salah satu yang Saya ingat betul, pelaksanaan di Kediri. Berlokasi di Resto Tempat Bercakap Kopi Kediri, pelatihannya mengambil tema : Peningkatan Kapasitas Dan Produktifitas UMKM Makanan & Minuman.

Dengan waktu yang singkat, tentu Saya pastikan dulu pada penyelenggara, goal acara apa? Profil peserta seperti apa? Berapa durasi waktu pelaksanaan yang dialokasikan untuk Saya?

Sesuai dengan informasi awal, pesertanya adalah pelaku usaha makanan dan minuman di Kediri, dan 100% peserta yang diundang adalah : perempuan, wabil khusus Ibu Ibu, yang dalam perkiraan Saya, usianya di kisaran 40 tahun atau lebih.

Coba tebak, dengan durasi sesi sekitar 90 menit, atau satu setengah jam, apa yang akan Saya susun dan bahas?

- Poster Iklan -

Apakah riset market?

Apakah search engine marketing?

Apakah social media marketing?

Apakah eCommerce marketing?

Apakah online advertising?

Apakah affiliate marketing?

Apakah live streaming?

Tentu saja, tidak satupun dari pilihan tema di atas Saya pilih. Karena kalau dipaksakan, akan kejadian pantun : Disana gunung disini gunung, di tengah-tengahnya Pulau Jawa. Dalangnya bingung, wayangnya bingung, semua malah tertawa.

Saya justru memilih dengan kesadaran penuh, materi tentang : WhatsApp marketing.

Kenapa?

Karena, untuk segmen peserta pelaku usaha yang Ibu Ibu, jurus yang diminta adalah : singkat, padat, nambah omzet. Lagipula, siapa sih yang tidak punya aplikasi WhatsApp di handphone nya? Pastinya ada, tentunya paham, tapi belum tentu semua sudah optimal pemanfaatannya dalam menjaring prospek dan mendulang omzet.

Pengalaman Saya, berbekal WhatsApp, tanpa perlu ndakik ndakik, nggak usah terlalu lancip, aplikasi ini bisa jadi jalan lurus dan lapang untuk mencipta dan menambah orderan. Tentu, dengan beberapa hal perlu dipersiapkan ya.

Tiba saatnya momen pelaksanaan sesi pelatihan. Peserta sudah masuk dan khusyuk, ada sekitar 50 an peserta. Sesuai kompetensi, Saya mulai masuk dan membuka sesi dengan cerita, memicu seru, dan kudu ada bumbu lucu, karena untuk itulah juga Saya diundang. Pengalaman dari pelaksanaan sebelumnya, peserta cukup nyaman menyimak penjelasan, karena Saya sampaikan dengan ringan, nggak nyeret di tenggorokan.

Saya buka pertanyaan, pada punya WhatsApp nggak? Tentu dijawab kompak dan serempak : punya.

Pakai WhatsApp Personal apa WhatsApp Bisnis? Hal ini perlu Saya pastikan, karena beberapa juga masih ada yang kurang ngeh atau belum paham apa bedanya.

Coba aja Saya tanya, apa sih bedanya WhatsApp Personal dan WhatsApp Bisnis? Langsung ada yang spontan menjawab : WhatsApp Personal untuk pribadi, dan WhatsApp Bisnis untuk usaha.

Hmmm……….

Ini jenis jawaban yang dibilang benar juga tidak salah. Ya, semacam jawaban leadership artinya kepemimpinan, dan kepemimpinan adalah leadership. Dibolak balik saja kayak goreng tahu.

Menariknya, masih banyak yang pakainya WhatsApp Personal, yakni masih campur antara urusan pribadi dengan urusan bisnis. Belum banyak juga yang paham, bahwa WhatsApp Bisnis ini punya beberapa fitur dan fasilitas yang sangat memudahkan berbagai urusan terkait dengan data konsumen, pengkategorian, dan kecepatan serta kepraktisan komunikasi.

Persoalan berikutnya adalah, belum adanya tata kelola data pelanggan yang jelas dan akurat. Pelanggan sih ada, atau minimal katanya ada, tapi jumlahnya berapa dan siapa saja, agak berantakan dan belum dapat dipastikan. Semacam ada tapi nggak ada, semacam sudah tapi belum.

Jumlah kontak yang dimiliki di WhatsApp nya, juga bervariasi. Ada yang sudah ribuan, tapi, beberapa dicek, jumlahnya hanya muncul di angka ratusan kontak. Tentu, ini jadi masalah, karema jumlah kontak yang dimiliki, tentu adalah potensi yang dapat diolah jadi orderan.

Bukanlah omzet adalah, hasil yang muncul dari pelanggan lama yang melakukan repeat order dan pembeli baru yang melakukan new order?

Pelatihan berlangsung lancar dan menyenangkan. Sepanjang sesi, peserta menyimak jenak, aneka tips praktis dan praktek sistematis membuat kontak yang dipunya jadi potensi orderan berikutnya. Fix, Saya punya materi baru, WhatsApp Marketing, untuk bahan tampil siap cemil, sewaktu-waktu ada undangan lagi, sesi pelatihan dengan peserta segmen Ibu Ibu.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here