Budhy Munawar Rachman dikenal sebagai tokoh penyiar pluralisme dan kebebasan beragama. Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya ini juga merupakan pendiri lembaga Nurcholish Madjid Society pada tahun 2009. Lembaga yang didirikannya itu dibentuk berdasarkan nama tokoh pembaharu Islam yang lebih dikenal dengan nama Cak Nur. Budhy dan para tokoh muslim yang juga mendukung Nurcholish Madjid, memiliki konsep pluralisme agama yang mengakomodasi keberagaman/kebhinnekaan keyakinan di Indonesia.
Konsep pemikiran itu Budhy teruskan dari gurunya, Nurcholish Madjid, dengan menuangkannya dalam berbagai tulisannya yang menunjukkan keberpihakannya kepada kemanusiaan. Menurut pria kelahiran Bojonegoro, 22 Juni 1963 ini, pluralisme keagamaan masa kini lebih mengacu pada sikap eksklusif yang sudah harus dihilangkan. Sikap eksklusif yang dimaksud di sini adalah menyakini kebenaran ada di pihaknya. Demikian pula sikap inklusif yang mengandaikan agama-agama harus mengacu pada kebenaran agamanya juga sudah harus dihilangkan. Artinya, kini tantangan yang harus dihadapi orang-orang beriman adalah untuk menerima pradigma pluralis yang lebih transparan dan realistis dalam melihat kenyataan.
Pemikiran-pemikirannya tersebut dapat ditemukan dalam buku-bukunya yang berjudul Islam Pluralis (2000), Fikih Lintas Agama (2003), Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme (2010), Islam Liberal (2011), Membela Kebebasan Beragama (2014), dan Reorientasi Pembaharuan Islam : Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme (2017).
Budhy Munawar Rachman harus melalui perjalanan yang panjang untuk bisa mencapai levelnya kini. Langkahnya untuk menjadi seorang cendekiawan beliau mulai dari bangku sekolah dasar di Jakarta, yakni SD IX Bendungan Hilir. Selanjutnya, pada tahun 1979-1982 Budhy melangkah ke jenjang pendidikan menengah dengan menempuhnya di SMP 40 Pejompongan. Beliau melanjutkan lagi langkahnya ke jenjang menengah atas pada tahun berikutnya, ke SMA 4 Jakarta.
Budhy memilih langkah selanjutnya untuk menempuh pendidikan tinggi di kampus tempatnya kini mengajar, yakni Sekolah Filsafat Driyarkara Jakarta. Beliau juga memutuskan untuk tetap setia melanjutkan studi magister dan doktornya di almamater yang sama. Selain meniti tangga pendidikan, Budhy juga meniti karirnya di bidang sosial keagamaan.
Beliau mengawali karirnya dengan mendirikan organisasi studi proklamasi bernama Lembaga Kajian Masyarakat Indonesia (LKMI) pada tahun 1985. Dengan kata lain, Budhy Munawar Rachman memulai untuk terjun ke dunia sosial keagamaan di tahun-tahun terakhir masa SMA nya. Setelahnya, Budhy baru mulai menampakkan batang hidungnya ke dunia sosial keagamaan lagi setelah mendirikan Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci) pada tahun 1991 dan organisasi Masyarakat untuk Dialog Antar Agama (MADIA) pada tahun 1996.
Pada tahun berikutnya, Budhy melangkah lebih lebar dalam meniti karirnya. Beliau ditunjuk menjadi Direktur Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF). Karirnya di dunia kepenulisan beliau lakoni dengan menjadi editor dan reviewer di beberapa jurnal, antara lain Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Jurnal Paramadina, dan Jurnal Filsafat dan Teologi.
Selain meniti karir di bidang kepenulisan dan keorganisasian, Budhy akhirnya menetapkan dirinya sebagai dosen di Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya sejak tahun 2000. Selama beliau berkarir di bidang akademik, karirnya di bidang kepenulisan juga tetap eksis. Selain buku-buku ideologi sebelumnya, Budhy juga menulis buku-buku ensiklopedi dan pengetahuan seputar Islam yang ia tulis selama berkarir sebagai dosen, antara lain Ensiklopedi Dunia Islam (2005) Ensiklopedi Islam untuk Anak (2006), dan Membaca Nurcholish Madjid (2008).
Tak sampai di situ saja, beliau juga menjadi Program Officer Islam and Development The Asia Foundation. Dan melalui ketekunan serta tulisan-tulisannya, Budhy Munawar Rachman berhasil membawa konsep-konsep pembaharuan Islam yang dapat menjadi angin segar di tengah pluralisme yang ada di Indonesia.