Makna Mendalam di Balik Lagu Trending "Tia Monika" oleh Ajeng Febria (sumber foto: MV Tia Monika)
Makna Mendalam di Balik Lagu Trending "Tia Monika" oleh Ajeng Febria (sumber foto: MV Tia Monika)

Beberapa waktu terakhir, media sosial ramai memperbincangkan lagu baru berjudul “Tia Monika” yang dinyanyikan oleh Ajeng Febria. Lagu ini sukses menarik perhatian publik dan bahkan sempat menduduki trending di berbagai platform seperti YouTube dan TikTok. Banyak yang penasaran, apa sebenarnya makna di balik lagu ini hingga bisa begitu menyentuh hati banyak orang?

Secara umum, “Tia Monika” adalah lagu bertema cinta pada pandangan pertama yang dikemas dengan lirik puitis dan dibalut dalam nuansa khas Aceh. Menariknya, lagu ini bukan hanya sekadar lagu cinta biasa, melainkan juga mengandung unsur budaya lokal yang membuatnya terasa lebih kuat secara emosional dan otentik.

Lirik-lirik dalam lagu ini menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Aceh. Salah satu bagian yang paling menyita perhatian adalah penggambaran sosok perempuan yang disukai oleh tokoh dalam lagu sebagai “putri raja” – sebuah simbol akan kemuliaan, kecantikan, dan kedudukan tinggi di mata sang penyuka. Dalam lagu disebutkan:

“Ureung jih tari sang putri raja, pakiban cara loen ucap cinta…”

Terjemahan bebasnya kira-kira menggambarkan seseorang yang jatuh cinta namun bingung bagaimana cara menyampaikan perasaannya, karena sosok yang disukainya terasa terlalu istimewa.

- Poster Iklan -

Yang membuat lagu ini terasa menyentuh adalah bagaimana Ajeng Febria menyanyikannya dengan penuh penghayatan. Suaranya yang lembut dan gaya bernyanyinya yang penuh penjiwaan menjadikan lagu ini lebih dari sekadar karya musik — melainkan juga seperti ungkapan perasaan yang jujur dan dalam.

Tidak heran jika banyak orang yang mendengarkan lagu ini merasa terbawa perasaan (baper). Apalagi, saat lagu ini mulai viral di TikTok, potongan lirik seperti:

“Timbul cinta lam dada… Pada pandangan pertama…”

Sering digunakan dalam video-video bertema romantis, yang memperkuat nuansa lagu sebagai pengiring momen-momen cinta yang manis atau penuh harap.

Selain kekuatan lirik dan vokal, keberhasilan lagu ini juga tidak lepas dari dukungan aransemen musiknya. Gaya dangdut koplo yang ringan namun tetap elegan membuat lagu ini mudah diterima oleh pendengar dari berbagai kalangan, terutama generasi muda yang menyukai musik dengan beat pelan namun tetap berirama.

Satu hal yang juga menarik dari lagu “Tia Monika” adalah bagaimana ia menjadi perwakilan budaya Aceh dalam ranah musik nasional. Penggunaan bahasa daerah yang tidak diubah sepenuhnya ke bahasa Indonesia menunjukkan bahwa lagu lokal bisa tetap punya kekuatan nasional, bahkan global, selama pesannya universal: tentang cinta, harapan, dan rasa kagum terhadap seseorang.

Pada bagian akhir lagu, penyanyi menyatakan cintanya secara langsung:

“Apakah mau jadi pacar kanda…”

Kalimat sederhana ini justru menjadi klimaks dari seluruh perasaan yang telah dibangun sejak awal lagu. Setelah berputar dalam metafora dan puisi cinta, akhirnya disimpulkan dengan satu pertanyaan yang tulus dan polos.

Lagu “Tia Monika” dari Ajeng Febria bukan hanya lagu viral semata. Ia membawa pesan cinta yang tulus, dibalut dalam nilai-nilai budaya Aceh, dan dikemas dalam aransemen yang mudah dinikmati. Bagi banyak pendengarnya, lagu ini adalah pengingat bahwa jatuh cinta bisa terjadi dengan cara paling sederhana — hanya butuh satu pandangan dan keberanian untuk berkata jujur.

Dengan keunikan bahasa, nada, dan gaya penyampaian Ajeng Febria, lagu ini pantas disebut sebagai salah satu karya musik lokal yang berhasil menembus perhatian nasional. Tak heran, jika nama “Tia Monika” kini melekat kuat di telinga banyak orang — bukan hanya sebagai lagu, tapi sebagai kisah cinta yang universal.

- Cetak Buku dan PDF-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here